SATU “INDONESIA”

SATU “INDONESIA”
Ini tentangg kisah 4 orang mahasiswa dengan latar belakang, bahasa, budaya dan agama yang berbeda. Mereka dijatukan dengan sebuah Universitas Swasta yang ada di Jogjakarta. Diantara mereka hanya satu yang mampu beradaptasi sedangkan yang 3 masih tidak bisa beradaptasi dengan kenyataan bahwa di Jogja banyak agama dan suku-suku yang berbeda.
Pagi itu mereka berempat berangkat menuju Kampus yang tidak jauh dari rumah kos mereka. Selain disatukan dengan Universitas mereka juga disatukan dengan rumah kos. 4 laki-laki dengan karakter berbeda ini tidak pernah akur satu-sama lain, mereka selalu berdebat dimanapun mereka berada. Baik itu soal agama atau soal ras yang sangat sering menjadi bahan berdebatan bahkan tidak jarang sampai mereka bertengkar mulut. Namun, sejatinya inilah Indonesia, dengan beragam suku, budaya dan agama yang berbeda. Inilah Indahnya Indoneisa, dengan berbagai jenis budaya dan agama yang hidup dengan damai didalamnya.
Namanya Togar, mahasiswa kelahiran Toba, Medan, Sumatera Utara ini akarab dipanggil dengan nama Togar. Mahasiswa berambut pendek sedikit hitam ini merupakan mahasiswa paling tempramental dibandingkan yang lain. wajar saja, itulah watak-watak orang Sumatera Utara khususnya Medan.
Manusia dengan gestur tubuh sedikit gumpal ini namanya Komang Suatike. Mahasiswa asal Pulau Dewata, Bali ini akarab dipanggil Opor alias “Otak Porno.” Meskipun sangat menyukai sesuatu yang berbau porno namun Komang gak pernah merokok apalagi sampai minum-minuman yang beralkohol. Dia sehat, tubuhnya tidak pernah digerogoti obat-obat atau minum-minuman terlarang, tapi tubuhnya habis digerogoti jemari tangannya sendiri. Setiap mandi tidak pernah cepat, selalu lambat dan paling menghambat.
manusia ketiga yang termasuk ke dalam 4 mahasiswa berbeda itu namanya Wahyu. Manusia dengan tubuh gak seberapa tinggi namun sangat berotot ini adalah manusia yang paling gak bisa menjaga kebersihan. Gak pernah dia mencintai alam sekitar. Menurutnya alam sudah bisa menjaga dirinya sendiri tanpa harus meminta bantuan manusia. Wahyu berasal dari pluto yang ditransfer ke bumi. Dia berasal dari Gunung Kidul, DIY. Wahyu tidak pernah lepas dengan rokok. Hampir dua sampai 3 bungkus batang rokok ia habiskan daam satu harinya. Menurutnya jika sehari saja tidak merokok maha dia akan merasa pusing.
Dan yang terakhir dan yang paling bijak adalah Ardi. Mahasiswa asal Solo ini memang paling tekun dan paling bijak diantara ketiga sahabatnya. Tekun dalam artian dia tidak pernah meninggalkan sholat. Setiap Adzan berkumandang ia langsung melaksanakan sholat tanpa harus menunda-nunda.
Ardi : ‘Woy, buruan berangkat, udah telat 10 menit, nih.’ Seru Ardi di parkiran rumah kos. Ia tampak sedang manasin motor sambil menunggu ketiga temannya yang sedang dandan.
Wahyu : ‘Iya, bentar lagi. Lagi makek sepatu ini.’ Balas Wahyu yang tengah bersusah payah memasangkan sepatuh dikakinya yang sudah hampir tidak cukup lagi di kakinya yang semakin besar. Wajahnya tampak kalud sekali. Sedangkan Ardi diluar masih menunggu cemas sambil sesekali melirik ke-arah jam tangannya.
Wahyu : ‘Woy, Togar. Cepat lah koe, ojo suwi-suwi di dalam kamar, nanti ndak bisa keluar baru tau rasa.’ Wahyu berseru memberitahu Togar untuk segera keluar dari kamar.
Togar : ‘Iya, sabar sebentar lah. Kau bisa sabar sedikit tidak! Aku sedang dandan ini, supaya Maya mau dengan aku.’ Togar membalas seruan Wahyu. Di dalam kamar togar tampak sedang memutar-mutar badannya didepan kaca memastikan jika hari ini dia bakalan bisa berkenalan dengan Maya. Maya adalah gadis satu fakultas yang belum bisa diajak kenalan.

Ardi : ‘Woy buruan. Kita udah terlambat banget ini.’ Ardi kembali berseru memanggil ketiga sahabatnya.
Dan akhirnya mereka semua berkumpul di parkiran. Namun ada yang aneh, seperti ada yang tertinggal diantara mereka, ‘Komang mana?’ Dengan muka polos Ardi bertanya. Wahyu dan Komang saling menatap bengong. Mengangkat bahu, mengisaratkan jika mereka berdua tidak tahu.
Komang : ‘Ahhh, ahh, aaahhh...... Awwww....’ Ternyata si Komang masih di dalam toilet. Dia tampak sedang memandangi poster luna maya yang sengaja ia tempel di dalam toilet. Kenikmatannya melupakan ketiga teman yang telah menunggunya sejak tadi.
Wahyu : Doorrrr!!!! Doorrrrr!!! ‘Mang, Komang? Suwi tenan lo koe ki ados? Jane ngopo ae to neng kamar mandi?’ Wahyu yang memang gak sabaran langsung menggedor pintu toilet.
Komang : Eeee..... Aaaaahhhh... ‘Iya-iya.’ Balas Komang dari dalam yang sedang merem-melek, merem-melek. Sepertinya dia kecewa karena ada menggedor pintu toiletnya.
Komang : ‘Baru juga mulai, sudah diganggu.’ Komang keluar toilet sambil ngomel-ngomel sendiri. Wajahnya tampak jengkel dengan ulah Wahyu yang tiba-tiba menggedor pintu toilet.
Mereka berangkat ke kampus bersama-sama. Sesampainya disana mereka datang terlambat dan untungnya mereka masih dipersilahkan untuk mengikuti mata kuliah.
Wahyu : ‘Bro, gimana ini? Mau ada acara kemana wek-end ini? Aku kok pengen jalan-jalan, yo. Bosen dirumah terus. Yang dilihat cuma mbok-ku terus, gak ada yang lain. hilang mbok-ku, nongol bapak-ku. Ayolah, kita jalan-jalan kemana gitu. Biar otaknya ini fres lagi.’ Wahyu memulai obrolan di taman Kampus. Ia menginginkan ada liburan pada minggu ini.
Komang : ‘Iya, gimana kali  kita liburan saja? Benar juga tu kata Wahyu, otak saya beku ini gak ada liburan. Kan kita kuliah harus ada liburan juga.’ Komang ikut berpartisipasi dalam obrolan ini. Tampaknya ia juga memikirkan hal yang sama dengan Wahyu.
Ardi : ‘Emang kita mau liburan kemana?’ Ardi bertanya kepada kedua temannya yang sangat antusias dengan obrolan ini. Sedangkan Togar masih sibuk memperhatikan pintu keluar berharap Maya keluar lalu dia segera menghampirinya untuk berkenalan. Hampir 3 bulan dia hanya menjadi pengagum rahasianya.
Ardi : ‘Kamu gimana , Gar?’ Ardi meminta pendapat Togar. Namun Togar hanya diam menghiraukan pertanyaan Ardi. Matanya tampak serius melihat kedepan.
Wahyu : ‘Gar. Togar, gimana?’ lagi-lagi Togar hanya diam saja. Ia masih sangat sibuk  untuk diajak bicara.
Wahyu : ‘Woy Wedos!!!’ Wahyu menepuk pundak Togar sampai membuatnya melonjak kaget.
Togar : ‘Kenapa kau ini, Yu? Ada apa  gerangan sobat, sehingga kau tega menggangguku yang sedang sibuk menunggu Maya.’ Togar tampak bingung kenapa Wahyu menepuk pundaknya.
Wahyu : ‘Kenapa-kenapa Batok-mu. Kamu itu kalo diajak bicara tu ya diperhatikan, ini malah clengak-clengok gak jelas. Maya itu gak mungkin datang menemui kamu, orang dia juga ndak kenal sama kamu. Dasar, cah gemblong.’ Wahyu sedikit kesal dengan Togar. Semakin dalam ia menghisap rokok sampai mengeluarkan asap yang begitu banyak mengepul diudara.
Ardi : ‘Gimana kalau kita ke hutan pinus aja?’ Ardi memberikan solusi. Ia menunjuk hutas pinus sebagai tempat liburan karena agar bisa melihat keindahan alam Indonesia ini.
Komang : ‘Bagus, tu. Aku mau kalo kesana. Setuju!’ Komang sangat antusias.
Komang : ‘Woy, Yu! Jangan buang kuntung rokok semabrangan kamu. Buanglah sampah pada tempatnya.’ Sergap Komang saat Wahyu membuang kuntung rokonya sembarangan.
Wahyu : ‘Alah, kamu ndak usah sok nyeramahin aku. Aku yang lebih tau.’ Wahyu tidak terima atas teguran Komang.
Komang : ‘Ini kampus, bukan tempat sampak. Gak seharusnya juga kamu merokok dikampus, apalagi sampai mengotori kampus. Ini tempat untuk menuntut ilmu. Tempat untuk tukar pengalaman, bukan tempat untuk senang-senang atau membuang sampah sembarangan.’ Komang membalas panjang lebar.
Togar : ‘Benar tu kata Komang. Kau ini gak usah egois gitu lah, Yu. Kalu bukan kita yang menjaga kampus kita ini, lalu siapa lagi? Tukang kebun? Gak mungkin. Mana sanggup mereka membersihkan kampus segini besarnya.’ Togar ikut mengkutbahi Wahyu. Wahyu hanya diam saja.
Wahyu: ‘Hahhh.... Kalian itu sama saja. Sok paling bener.’ Wahyu beranjak meinggalkan panggung musyawarah.
Ardi : ‘Mau kemana kamu?’ Tanya Ardi.
Wahyu : ‘Mau ketoilet. Panas aku lama-lama disini.’ Wahyu pergi.
Ardi : ‘Lalu gimana dengan acara liburan kita?’ Ardi teriak bertanya kepada Wahyu yang semakin jauh.
Wahyu : ‘Aku ngikut aja. Terserah kalian.’ Jawabnya melambaikan tangan. Wahyu memang manusia yang memiliki sifat egois.
Panggung musyawarah telah selesai. 4 sekawan yang baru saja menyelesaikan musyawarah sepakat untuk mengadakan liburan minggu ini di Hutan Pinus. Mereka rencananya akan menikmati hutan pinus sekaligus melihat seberapa indah alam Indonesia ini.
Wahyu : ‘Kejaanmu itu lambat sekali. Bisa lebih gesit gak  kamu itu?’ Cetus Wahyu kepada Togar yang sedang sibuk memakai sepatu. Diantara Wahyu, Togar dan Komang masih menyisihkan ketegangan. Wahyu masih kesal dengan kedua temannya yang sangat menyebalkan menurutnya.
Togar : ‘Sabarlah. Kau apa tidak lihat aku sedang memakai sepatu?’ Togar tampak kesal karena diburu-buru.
Akhirnya mereka berempat berangkat menuju hutan pinus. Sekurang-kurangnya duua jam perjalanan akhirnya rombongan mahasiswa ini sampai juga di hutan pinus. Hutan yang bersih, hutan yang masih asri, hutan yang indah, hutan yang segar dan hutan yang sangat menabjubkan. Tidak ada sampak disekililing. Semuanya tampak bersih dan terjaga.
Togar : ‘Jangan kau merokok disini, Yu. Berbahaya.’ Tegor Togar terhadap Wahyu yang dengan santai menghidupkan rokok.
Wahyu : ‘Terserahku to, rokok-rokok siapa? Bukan rokok kamu kan?’ Jawabnya ketus. Ketiga sahabatnya hanya bisa terdiam menghadapi watak sahabatnya itu.
Komang : ‘Yu, kamu jangan buang sampah sembarangan. Jangan kamu mengotori hutan yang bersih ini. Kebiasaan sekali kamu. Pungut kembali sampah kamu itu dan buang pada tempatnya.’ Tegor Komang saat wahyu membuang sampah biskuit sembarangan.
Wahyu : ‘Kamu kok cerewet banget, to! Kayak ibu-ibu aja. Kamu ngajak berantem, ha?!’ Wahyu tidak terima.
Togar : ‘Benar kali itu, Yu. Kau tidak seharusnya membuang sampah disini. Apa kau tidak lihat bagaimana  indahnya hutan ini? Sampahmu itu akan membuat keindahan hutan ini hilang.’ Togar menambahkan.
Wahyu : ‘Asu, kalian itu ngajak berantem apa bagaimana? Ayo kalo ngajak berantem. Kalian itu sopo, aku yang lahir di daerah sini, aku orang Jawa, aku asli Jogja. Kalian itu Cuma pendatang yang menuh-menuhin Jogja saja.’ Wahyu memuncak emosinya.
Togar : ‘Justru itu, kau orang Jawa tapi kau tak mencintai alam-mu sendiri. Aku saja yang bukan orang jawa menghargai alam Jogja ini. Aku memang pendatang, tapi aku tidak  pernah merusak atau mencemari alam dimana aku berpijak.’ Togar membalas.
Wahyu : ‘Maksutmu opo? Ngajak berantem koe? Dasar Mbatak Tulen.’
Togar : ‘Tak usah kau bawa-bawa suku. Ayo kita berantem saja. Kesi kau kalou berani.’
Togar dan Wahyu berantem, mereka sempat dorong-dorongan sampai Togar harus terjungkal di tanah. Sedangkan Wahyu mendapat hadiah berupa pukulan yang mendarat di pipinya dari Togar. Dan akhirnya Ardi yang berhasil melerai mereka.
Ardi : ‘SUDAH! KALIAN MAU LIBURAN APA MAU BERANTEM, HA?! WAHYU, KATA TOGAR ITU BENAR. APA KAMU TIDAK MELIHAT BAGAIMANA INDAHNYA ALAM INI. KAMU LIHAT DISEKELILING. INDAH BUKAN? INI ALAM KITA, KITA INDONESIA. SIAPAPUN DAN APAPUN SUKUNYA NAMUN TETAP INDONESIA. SUDAH, BERHENTI BERKELAHI, LEBIH BAIK KITA SEGERA KEATAS.’ Pintanya Ardi. Togar, Wahyu, dan Komang masih tegang.
Sesampainya diatas mereka berempat istirahat sambil menikmati sejuknya hutan pinus.
Ardi : ‘Sungguh hutan yang indah. Udaranya mampu menenangkan pikiran.’ Ardi menggumam kagum di ujung pohon tidak jauh dari ketiga sahabatnya.
Sedangkan di sebelah berkumpul 3 pemuda yang masih berisi tegang. Mereka  tidak saling bicara. Hanya diam membungkam mulut masing-masing. Tampaknya jiwa muda membuat mereka gak bisa mengatur emosinya.
Togar : ‘Puji Tuhan, indahnya hutan ini.’ Togar berucap sendiri. Wahyu dan Komang langsung menoleh kearahnya.
Wahyu : ‘Ngapain kamu kayak gitu. Apa tujuannya? Aneh-aneh aja.’ Wahyu memaancing Togar.
Togar : ‘HEY, APA MAKSUT KAU? INI KEPERCAYAANKU, JADI TERSERAH AKU. KENAPA KAU IKUT CAMPUR?’
Wahyu : ‘Hah, kepercayaan? Kepercayaan apa?’
Togar : ‘LANCANG SEKALI BICARA KAU. KAU SENDIRI MEMANG TAK PUNYA KEPERCAYAAN APA?'
Wahyu : ‘WEDOS! AKU ISLAM. ISLAM IKU AGAMA YANG PALING SEMPURNA.’
Komang : ‘KATA SIAPA, TAU DARIMANA KAMU KALO ISLAM ITU AGAMA PALING SEMPURNA?’ Kali ini komang angkat bicara. Dia merasa ada diskriminasi agama.
Wahyu : ‘Aku yang ngomong.'
Togar : ‘KURANG AJAR KAU. AKU SOBEK MULUT LANCANG KAU ITU!’
Komang : ‘IYA, BERANI SEKALI KAMU MENGHAKIMI KAMI.’
Lagi-lagi ketiga pemuda ini beradu mulut dan akhirnya adu pukul. Ardi yang sedang menikmati indahnya hutan pinus kembali terganggu dengan ulah ketiga sahabatnya yang gak henti-hentinya berkelahi.
Ardi : ‘KENAPA LAGI KALIAN INI? UDAH KAYAK ANAK KECIL AJA BERANTEM TERUS.’
Togar : ‘Itu, Wahyu yang memulai dulu. Dia bilang jika Islam itu Agama paling sempurna. Itu sama saja dia melecehkan Agama kami.’ Togar menjelaskan duduk perkaranya.
Ardi : ‘APA-APAAN KALIAN INI. SEMUA AGAMA ITU SAMA. Wahyu, berapa kali kamu menjalankan sholat dalam 24 jam? Apa kamu selalu lima waktu?’ Wahyu menggeleng.
Ardi : ‘Togar, apa setiap minggu kamu selalu mengikuti ibadah di Gereja?’ Togar menggeleng.
Ardi : ‘Komang, apa kamu juga demikian? Selalu menjalankan ibadah tepat waktu?’ Komang menggeleng.
Ardi : ‘Nah, sekarang mana yang sempurna?’ semua tertunduk diam. menyimak kalimat-kalimat yang keluar dari mulut Ardi.
Ardi : ‘Kita ini mahasiswa, jadi harus bertindak sesuai dengan layaknya seorang mahasiswa. Meskipun kita berbeda suku, agama, ras, dan budaya namun sejatinya kita ini tetap saudara. Kita diikat dengan Bhineka Tunggal Ika. Itulah simbol Negara kita. Semua agama itu sempurna, tergantung bagaimana kita mengimaninya. Mau kristen, hindu, budha, islam itu sama bohong jika gak pernah menjalankan perintahnya. Bukankah semua agama mengajarkan untuk selalu berbuat baik?’ Ketiga sahabatnya mengangguk.
Ardi : ‘Kita itu satu “Indonesia.” Berbedaan diantara kita itu adalah anugerah yang diberikan Tuhan untuk Indonesia. Dimana kalian bisa melihat banyak suku dan agama selain di Indonesia? Jadi kalian harus bisa bersyukur dan menghargai satu sama lain. Termasuk alam. Tuhan memberikan alam Indonesia yang sangat indah, jadi kita harus menjaganya dan melestarikannya. Kita hanya bertugas menjaga tanpa harus menciptakan. Mau dia batak, jawa, bali, padang atau sebagainya sama saja, karena kita adalah Indonesia. PAHAM KALIAN?!’ Ardi menganghiri kutbahnya. Ketiga sahabatnya menggangguk diam.
Ardi : ‘Kita kesini kan tujuannya untuk liburan, menikmati kekayaan alam kita. Kalo kalian mau berantem gak jelas, silahkan, saya akan menikmati alam ini sendiri.’

Ardi pergi meninggalkan ketiga sahabatnya. Disana, Wahyu, Komang dan Togar tampak sedang terdiam seribu bahasa. Mereka berfikir kembali. Dan akhirnya mereka sadar jika mereka salah dengan sifat mereka. Mereka menyesali berbuatan yang tidak mencerminkan seorang mahasiswa. Mereka menghampiri Ardi yang tengah berdiri menghirup udara segar di hutan pinus. Mereka berempat akhirnyaa berpelukan dan menjadi sahabat yang saling menghargai dan menghormati.

Komentar

Postingan Populer