Ngenesnya LDR Part 3
Ngenesnya LDR Part 3
2015 adalah tahun paling bersejarah bagi gue. Tahun
yang katanya tahun Kambing Kayu. Bagi orang yang lahir di tahun itu dipercaya
memiliki hati mulia, baik, murah hati dan adil. Cocok, seperti gue. Entah
kenapa gue bisa sampai mengukir sejarah baru di tahun itu. Tepatnya pada bulan
agustus tanggal 23 sejarah itu berlangsung.
Flashback pada masalalu yang sangat membuat gue
merasa ganteng karena berhasil selingkuh dengan dua gadis sekaligus yang
akhirnya mengutuk gue jadi susah dapat pacar lagi. Beberapa tahun yang lalu gue
punya pacar namanya Nadia. Baru satu bulan gue jadian dengan Nadia gue kembali jadian dengan cewek namanya Ane.
Nadia dan Ane adalah teman satu kelas bahkan satu bangku. Gue tega selingkuh
karena dua-duanya cantik. primadona sekolah. Perselingkuhan berjalan dengan
baik tanpa ada hambatan sebelum akhirnya gue ketauan dan gue ditinggalkan.
Satu bulan proses selingkuh berlangsung gue ketauan
kedua kekasih gue. Ane, yang memang sangat cantik dan menjadi primadona sekolah
langsung pergi meninggalkan gue. Mungkin dia sadar atau dia malu, baru
kali ini diselingkuhin sama cowok jelek
bin kampret seperti gue. Banyak laki-laki super ganteng yang ngedeketin Ane,
tapi laki-laki yang beruntung mendapatkan Ane hanya gue, hahaaa. Keberuntungan
anak soleh. Ya, bokap gue namanya Soleh. Ane pergi meninggalkan gue, hati
berkecamuk ditinggalkan wanita yang sangat cantik yang baru pertama kalinya gue
miliki selama hidup. Pacaran dengan Ane sudah menjadi kebanggaan tersendiri
buat gue meskipun berlangsung singkat. Yah, setidaknya sedikit meninggikan imez
gue terhadap anak-anak di sekolah. Sumpah, semenjak gue jadian dengan Ane,
gak ada lagi yang ngejek gue dengan
panggilan “Kuntet!” Jelas gue dipanggil
kuntet karena gue cebol alias pendek.
Menderita sih dengan julukan itu, namun tetap gue syukuri. Dan semenjak jadian
dengan Ane julukan gue diganti yaitu “The Best.” Entah gue harus bahagia atau
tidak dengan julukan itu, namun setidaknya masih ada kata Best buat julukan
gue.
Setelah Ane pergi meninggalkan gue, giliran Nadia
yang juga pasti akan menyusul langkah Ane. Semuanya sudah gue siapin. Mental baja diputusin pacar dua kali dalam
satu hari udah siap membentengi jiwa gue
agar tidak koplak kemdian menjadi stres. Gue pantengin HP menunggu sebuah call
atau Masanger dari Nadia. Namun, sampai hari menjelang magrib belum juga ada
tanda-tanda bahwa Nadia akan mutusin gue. Ah, mungkin saja dia lagi gak ada
pulsa. Atau mungkin juga besok saat di
sekolah? Harus tetap tenang agar tidak stres. Kunci menghadapi cewek itu
hanya dengan ketenangan.
‘Kamu kenapa tega melakukan ini kepadaku?’ Sebuah
pertanyaan dengan nada tersendu terdengar ditelinga gue. Gue sedang duduk
sendiri menopang dagu dibelakang kelas. Memperhatikan pohon-pohon karet yang
rindang.
Gue menoleh, ‘Nad-......’ mata gue tercengang
melihat sosok dibelakang gue.
‘Sudah, tidak usah pura-pura kaget dengan
kehadiranku. Bukankah ini inginmu, bukan?
INIKAN YANG KAMU HARAPKAN?!’ Ia
memotong kalimat gue. Dia tampak marah melihat muka jelek gue yang merasa bersalah.
‘Aku minta maaf. Ini semua salahku, tapi bisa aku
jelasin.’ Gue mencoba untuk menenangkan. Gue pasang expresi semelas mungkin
seolah gue menyesal sangat dengan kesalahan ini.
‘MEMANG! Memang ini salah kamu. Emang siapa lagi.
Dasar cowok BRENGSEK!’ Bentaknya membuat
gue kaget kemudian membuka mata lebar-lebar. Sepertinya dia sangat benci sekali
dengan gue. Gue segera melindungi pipi kasar gue agar gak kena gaplok.
‘Tapi~......’
‘Sudah, Stop! Jangan kau perpanjang kalimatmu yang
akan semakin menggoreskan luka dihatiku ini. Aku akan menenangkan hati ini
karenamu.’ Dia melangkah pergi meninggalkan gue. Gue hanya terpaku melihatnya
melangkah seperti robot.
Baru lima langkah dia membalikan badan tiba-tiba, ‘Kamu,
kamuuu.... Kejaaammmm...’ Ucapnya nunjuk
muka gue. Dia koprol-koprol sampai akhirnya sampai di dalam kelas. Di sanalah
dia memulai meditasi.
Gak mau kecolongan akhirnya gue samperin Nadia ke
kelas. Disana gue mencoba untuk menjelaskan. Sungguh gak terduga, bukannya
marah atau mutusin gue justru Nadia malah minta maaf karena sudah berkata kasar
kepada gue. Yang awalnya gue kira dia mau mutusin ini malah dia jatuh kembali
dipelukan gue. Sungguh gadis yang sangat baik, mau memaafkan laki-laki yang
sudah menghianati dia.
‘Terimakasih atas maafmu untukku. Aku berjanji tidak
akan mengulanginya lagi.’ Permintaan maaf gue saat ia berlabuh dalam pelukan
kasar gue. Gue elus-elus rambutnya yang terurai indah seperti serabut kelapa.
Dia mengangguk kecil.
Perjalanan cinta segitiga gak berhenti begitu saja.
Perjalanan cinta segita juga gak selamanya berjalan dengan indah. Perjalanan
cinta segitiga juga gak semuanya buruk. Dan perjalanan segitiga juga yang
akhirnya menyadarkan gue untuk menjadi laki-laki dewasa yang tidak boleh
serakah. Manusia memang serakah, namun ingat! Keserakahan akan membuat kita
lupa jika ternyata kita meninggalkan yang terbaik.
Bagi pembaca yang ngerasa menjalin cinta segitiga,
cobalah untuk berfikir kembali apakah keputusanmu itu benar. Wanita hanya ingin
dikasihi dan dicintai. Cintai wanita yang juga mencintaimu. Dan sayangi wanita
yang bisa menerimamu meski kau telah menyakitinya. Dan, jadilah laki-laki yang
tidak akan menyakitinya untuk yang kedua kali.
Kalo kepepet ya gak pa-pa..heheee....#pease
Komentar
Posting Komentar