SEMBILAN_Cewek Stres vs Cowok Galak



Malam pun tiba....
“Woy! Ngelamun terus. Ada apa to, mas bro?” Bentak Lanang mengejutkan Dimas. Membuyarkan semua lamunannya.
“Lets Go, Mas Brooo...” Lanang menarik lengan Dimas.
Dimas mengernyit jijik menatap Lanang. “Lo apaan sih pegang-pegang. Nazis tau!” Protes Dimas. Cengiran Lanang muncul lalu dia segera melepaskan genggamannya itu.
BRRUUUMMMMM...
Masda Sport meninggalkan garasi. Lanang berada pada posisi yang diinginkannya. Sebagai pengendali nyawa kedua cowok itu. Lanang terlihat sumeringah dengan kemudinya. Dimas masih santai.
***
Disebuah rumah kos bergaya female, terlihat seorang cewek sedang riweh mengobrak-abrik isi lemari. Wajahnya terlihat kalud. Stiker hello kitty yang ia tempel pada dinding kamar yang menyaksikan kepanikan cewek itu. Mengapa ia lebih panik dari dari anggota DPR yang tertangkap KPK?
Ah, akhirnya benda yang ia cari sejak tadi ketemu juga. Namun sekarang masalahnya ada pada kamarnya yang udah mirip dengan kapal pecah. Baju-baju berserakan dimana-mana. Ini bukan kamar, ini adalah gudang penyimpanan pakaian bekas. Ah, tidak perduli. Fikirnya. Ia segera bergegas mengenakan seragam kedai kopi tempat ia bekerja dan segera berangkat karena sudah terlambat. Akan berbahaya jika dia harus mandi dulu. Hah? Berarti dia gak mandi. Egak. Alasannya biar gak terlambat.
GLEDEKKK...... GUBRAAKKK!!!
“Duh!” Keluh si cewek menoleh kebelakang.
Risiko orang buru-buru semuanya serba tidak beres. Baru saja sepedahnya menyambar jemuran alumunium di depan gerbang rumah kosnya. Dan malangnya jemuran itu sampai roboh. Jemuran itu terjatuh, beruntung tidak banyak pakaian basah disana, jika ada mungkin cewek itu akan diguyur air saat pulang dari kerja. Karena sudah menjadi tradisi bagi rumah kosnya jika ada yang berbuat salah maka akan diguyur air satu ember.
Seperti saat beberapa minggu yang lalu saat ia lupa menutup pintu gerbang sampai menyebabkan banyak kotoran bebek dihalaman kosnya. Bebek masuk dengan leluasa dan membuang kotoran didepan rumah kos yang berderet itu.
Cewek casuel itu hendak menggapai dan mendirikannya seperti semula, namun ia melirik jam yang melingkar di tangan dan akan lebih terlambat jika dia harus merapihkan kembali jemuran itu. Akhirnya si cewek langsung saja mengayuh pedal sepedah secepat mungkin. Bahkan mungkin jika ada sepedah yang bisa melaju melebihi mobil dia akan mengayuhnya agar dia tidak terlambat lama untuk sampai ditempat kerja.
Jangan panggil Lanang kalau dia tidak ugal-ugalan mengemudikan mobil, apalagi mobil Dimas memiliki kecepatan yang sangat tinggi, Lanang semakin menjadi. Percumah juga Dimas melarang, lanang tetap saja tak perduli. Dasar keras kepala.
“Lan, lo bisa gak lebih pelan lagi. Gue gak mau dapet masalah malam ini.” Tegur Dimas.
“Dim, kamu itu harus berani. Jangan biarkan trauma itu membuat kamu lemah. Kamu harus berani bro. Tenang saja, aku pastikan ndak akan ada masalah malam ini. Percaya.” Balasnya. Dimas memekikkan bibirnya. Dia lebih memilih menyibukan diri dengan memainkan hape yang berada dalam genggamannya.
Di depan sana terlihat seorang cewek sedang tergopoh mengayuh pedal sepedahnya. Gadis berjaket dengan tas ransel dibelakang itu terus saja mengayuh. Ini gawat, bos pasti akan langsung menyemprotnya dengan kalimat-kalimat aneh kalau sampai ia gak segera sampai di kedai. Ini sudah cukup lama dia terlambat.
Di belakang Lanang mulai mengurangi kecepatannya, karena diujung jalan saja dia akan belok ke kiri. Lanang memutar musik player yang ada di dalam mobil dengan keras. Kepalanya manggut-manggut seperti orang yang baru  saja menelan obat cacing sebanyak 12 lusin.
“Kamu lagi apa to? Nungguin emailmu dibales? Ndak bakalan. Lawong cewek itu sudah melupakan kamu.” Katanya melihat Dimas sibuk dengan hapenya.
“Udah deh, lo fokus nyetir aja. Bawel!”
“Heeehhh.... bocah diomongi kok ngeyel. Ingat Dim, dikampus kamu itu banyak yang ngejar-ngejar, emang ndak ada yang masuk dalam kriteria kamu?”
“Fokus nyetir aja.”
“Jawab dulu.”
“Fokus aja.”
“Jawab dulu!” Mereka masih berdebat dan,
BRRUAAAKKK!!!!
Hening.
“Lo gak pa-pa?” Tanya Dimas ragu.
“Duh, sakit banget, Nih...” Keluh si cewek sambil terus memijat-mijat kakinya. Matanya tidak melirik sosok laki-laki yang ada dihadapannya itu. Matanya sibuk dengan kakinya.
“Mana aku mau kerja lagi. Aduh, pasti terlambat aku, terus bakalan dipecat. Gimana, nih....” Cewek itu masih mengeluh. Dia meniup-niup luka goresan yang tampak di kakinya. Dimas masih menatap penuh arti sang cewek. Iya, kakinya terlihat biru. Lebam akibat benturan. Ini salah Lanang.
“Gue yang akan tanggung jawab atas semua ini. Lo gak perlu cemas atau khawatir. Gue bakalan tanggung jawab kalo terjadi apa-apa sama, lo. Mari, gue bantu berdiri.” Kata Dimas mengulurkan tangan.
Cewek itu mendengkus kesal. Ini gara-gara dia. Dasar cowok ugal-ugalan. Dia memang harus bertanggung jawab. Wajah si cewek berubah menjadi sangar, kejam bagai penjahat. Si cewek beranjak untuk memaki cowok yang ugal-ugalan itu. “Kamu itu bis~a.......” tiba-tiba lidahnya berasa kaku setelah kedua bola matanya menatap cowok dihadapannya itu. Si cewek hanya melotot lalu pingsan lagi.
“Gimana keadaannya? Dia ndak mati, to? Dia masih hidup, to?” Tanya Lanang panik. Tangannya berusaha untuk menyentuh cewek itu, namun dia takut. Dia kebingungan sementara Dimas juga masih bingung mengapa cewek itu malah pingsan begitu melihat wajahnya.
Dimas menghela nafas, “Gak apa-apa. Ngapain lo berdiri di situ? Sini bantuin gue, ni cewek berat banget, sih.”  Pinta Dimas. Lanang segera membantu Dimas untuk membopong Nina masuk ke dalam mobil.
“Lo liat kan! Udah gue bilang pelan-pelan aja, malah ngeyel. Sekarang gimana kalo udah kayak gini? Gue juga kan yang repot!” Maki Dimas sambil nyetir sementara pada kursi belakang tengah terbaring tak berdaya tubuh cewek yang baru saja mereka tabrak.
“Yo maaf, maaf banget. Aku ndak tau kalo jadinya bakalan kayak gini.”
“Lo bilang aman. Gak akan terjadi apa-apa. Buktinya apa? Lo malah nabrak orang. Cewek lagi!”
“Iya tau aku yang salah. Aku minta maaf.”
“Untung aja gak ada polisi yang ngeliat. Kalo sampe ada polisi yang ngeliat, gue gak mau ikut-ikut. Bukan salah gue.”
“Yo, jangan nakut-nakutin gitu, to. Kan aku jadi takut. Ini aku lagi berusaha membangunkan cewek ini. Lagian kan ini bukan salah aku semua, ini kecelakaan. Kamu jangan gitu, to.” Balasnya sementara tangannya masih sibuk membolak-balikan wajah cewek itu.
“Eeee, jangan dibolak-balik mukanya, emang bakwan dibolak-balik. Lo mau ngapain itu? Ha! Mau ngapain?” Seru Dimas sementara fokus dengan kemudinya.
“Laterus gimana? Aku ndak tau cara bangunin dia. Apa harus aku kasih nafas buatan?”
Dimas langsung menoleh sambil melotot tajam kearah Lanang, “itu cuma akal bulus lo aja, terong! Bukannya sembuh malah bisa mati tu cewek dengan bau mulut lo.” Lanang nyengir kearah Dimas.
Bola mata Lanang berputar seolah mengingat sesuatu. “Tunggu Dim, kayaknya aku pernah liat cewek ini deh. Tapi dimana ya?”
Lanang masih berusaha mengingat-ngingat.
“Jangan ngasal.”
“Eh, beneran aku. Nanti, tak ileng-ileng sek.” Lanang menarik bola matanya. “Hah, aku inget saiki. Aku pernah liat cewek ini berdiri disamping mobilmu. Tadi siang. Iya, tadi siang.” Akhirnya Lanang inget juga.
“Ngapain dia disamping mobil gue?”
“Ndak tau, tapi dia nanyain kamu. Pemilik mobil ini dimana? Gitu katanya. Pas tak tanya ngapain nyariin, dia malah kabur gitu aja.”
“Takut kali dia liat muka lo.”
“Asu!”
“Dia nyariin gue apa mobil gue?”
“Ya kamulah, kan kamu yang punya mobil ini. Kamu kenal sama dia?” Lanang bertanya pada Dimas.
Dimas menggeleng.
“Inget-inget, jangan-jangan kamu pernah mabuk terus tidur lagi sama cewek ini.” Kata Lanang.
Dimas menoleh. “Gilak lo ya, masih aja ngasal. Gue kenal juga egak.”
“La-terus kenapa dia nyariin kamu?”
“Mana gue tau Lananaaang, gue kenal juga egak. Cewek stres kali.”
“Iya, stres. Tapi lumayan cantik lo, Dim.” Katanya menyempatkan melirik wajah cewek itu.
“Cantik apanya, blongsor gitu.” Balas Dimas senonoh.
“Eh, kamu itu ndak bisa menilai wanita. Ini tu bukan gendut, tapi mon-tok. Cewek kayak gini yang dicari cowok-cowok.”
“Iya, terutama cowok mesum macem lo ini.”
“Asu koe!”
Dimas ngakak. Lanang manyun.
Kedua cowok itu buru-buru membopong tubuh si cewek kedalam rumah. Membawanya ke kamar Dimas. Dimas menyeka wajahnya yang penuh keringat. Dia melepas nafas lega karena akhirnya cewek itu sudah berada dalam tempat yang nyaman.
Dimas masih mondar-mandir disamping tempat tidur yang diatasnya sedang terbaring seorang cewek anta brantah yang tidak dia kenal. Baginya, ini adalah malam yang paling menyebalkan membawa seorang cewek dan harus tidur diatas ranjangnya. Pasti akan semakin buruk.
Sesekali Dimas melirik cewek itu memastikan keadaannya. Wajahnya sangat berantakan, perasaannya sangat cemas, jantungnya terus saja berdetak-detak. “Ayo, pleaseee, bangun dong. Jangan lama-lama pingsannya....” Gerutu Dimas sambil menatap wajah si cewek. Nanar.
Setelah Dimas perhatikan secara seksama sepertinya dia mengenali wajah cewek ini. Dia teringat sesuatu tapi lupa apa itu. Namun, dalam benaknya masih teringat bahwa dia pernah bertemu dengan cewek ini sebelumnya. Dimas mengingat-ngingat memorinya, namun tak juga dia ingat. Akhirnya dia memutuskan untuk diam duduk di sofa sambil menunggu cewek ini bangun. Dimas duduk dengan cemas menunggu bangunnya si cewek. Telapak tangan dia gunakan untuk menopang dagu. Sesekali dia meraup wajahnya dengan tangannya sampai membuat rambutnya berantakan.
HHUUUAAAPPPZZZ.......
Mulut dimas menganga lebar. Ternyata rasa kantuk mulai menghinggapinya. Ingin tidur tapi cewek itu masih belum siuman. Sesekali Dimas memeriksa namun mata cewek itu masih terpejam. “Nyusahin aja ni cewek. Ngapain pake pingsan lama-lama, sih? Semakin betah kayaknya ni cewek di kasur!” Dimas terus menggerutu. Beberapa kali mulutnya menguap menahan ngantuk yang sangat berat. Wajar saja, ini sudah lebih dari tengah malam.
GRROOKKKK..... ENGGRROOKKK.......ZZZZZZ....
Dimas tertidur.
Tak lama kemudian cewek yang sejak tadi pingsan itu tersadar. Matanya menyelidik sekitar. Dahinya berkerut, seperti ada yang aneh. Pikirnya mendengus. Cewek itu membuka selimut yang membungkus tubuhnya lalu beranjak duduk. Wajahnya panik, matanya melotot lebar setelah melihat ada cowok sedang tertidur disampingnya. Cewek ini mendengus keras. Dia menatap tajam wajah cowok didepannya yaitu Dimas. Dia merasa kenal dengan cowok ini. Hum, pasti cowok ini penjahat! Dasar, cowok idung belang. Pikir si cewek terlintas begitu saja.
Si cewek mengambil bantal dan langsung melemparkan kewajah Dimas yang masih asik tidur. “WOYY!!!” Teriaknya sambil melempar bantal ke wajah Dimas.
Dimas langsung reflek dan terbangun, “GARONG!!!” Tangannya meronta reflek. Tiba-tiba matanya melotot tajam setelah melihat cewek duduk dengan wajah sangar di atas kasur.
“Tolong jelasin, kenapa aku bisa sampe ada di atas kasur bauk ini?” Tanyanya dengan wajah sangar. “Dan satu lagi. Ka-mu, sudah apain aku?” Sambungnya. Jarinya menunjuk ke wajah Dimas. “Kamu mau perkosa aku, ya?” Tuduhnya.
Wajah Dimas mengerut bingung, “gue? Perkosa lo? Kurang kerjaan kale. Woy cewek stres, harusnya lo itu bersyukur udah gue tolongin, malah nuduh yang egak-egak lagi. Untung gue mau nolongin, kalo gak-...“ Dimas mikir sejenak kata-kata selanjutnya yang akan dia ucapkan.
“Kalo gak ngapa?” Timpalnya sinis. Dimas menyiutkan pandangannya, “kalo gak lo bakalan di culik. Dasar cewek stres!”
“Emang siapa yang berani nyulik aku? HA!!!”
“Iya juga, sih. Siapa ya yang mau nyulik cewek galak bin stres kayak lo ini. Mau deket aja jijik kayaknya, apalagi sampe nyulik, bisa rugi tu penculik.”
“Mau kamu apa, sih!” Balasnya sebal. Namun tiba-tiba wajah si cewek memudar, dia teringat sesuatu “haaaa..... kamu kan cowok yang dulu pernah bayarin belanjaan aku di Indomaret.” Tunjuknya kearah Dimas.
Dimas ingat kejadian itu.
“Em, bener. Lo cewek yang gak punya duit tapi sok-sok’an belanja di Indomaret itu-kan? Gue inget sekarang. Tuh, muka-muka ngutang kelihatan emang.”
Cowok ini nyebelin banget, sih! Gerutunya sambil menatap kesal Dimas. Dimas beranjak dari sofa. “eits, mau ngapain kamu? Jangan macam-macam, ya, atau aku teriak, nih?” Ancamnya.
“Eh, cewek tres, siapa yang mau ngapa-ngapain elo? Udah galak, gendut, gak tau terimakasih lagi! Lagian kalo mau teriak mah teriak aja, gak mungkin ada yang denger. Ini rumah gue, jadi gue yang berkuasa.
“Terus, kamu ngapain berdiri kalo gak mau ngapa-ngapain aku?”
“Gue ini mau ngasih tau, itu disamping lo ada nasi lengkap dengan lauk dan air minum. Gue tau lo itu pingsan karena lapar, bukan karena ketabrak mobil gue. Jadi gak usah nuduh gue yang macem-macem. Lo itu bukan level gue. Jadi gak usah ngarep kalo gue bakalan ngapa-ngapain, lo. Lagian gue udah paham dengan trik cewek kayak lo ini. Udah basi. Tinggal bilang aja mau makan gratis, pake acara ekting pingsan segala.
Si cewek menoleh kearah seporsi nasi disudut belakangnya itu. “Tau aja nih cowok kalo aku lagi laper banget.” Gumamnya sambil senyum-senyum.
“Lo ngomong apa?” Tanya Dimas sepintas mendengar si cewek menggumam. Si cewek menggeleng. Lalu dia langsung mengambil sepiring nasi dan langsung menyantapnya dengan lahap. Dimas memperhatikan si cewek yang sedang makan seperti orang yang sudah satu bulan gak makan. Lahap banget. Dimas mengernyit lihat cara makan cewek dihadapannya itu. Gilak ni cewek, bener-bener stress. Gumamnya.
“Kalo mau nambah, bilang aja. Gue udah siapin di dapur buat lo. Gue tau lo pasti banyak kalo makan. Dan, kalo mau mandi, itu disamping ada kamar mandi. Silahkan pake aja. Satu lagi, jangan pake baju-baju gue yang ada di lemari! Awas kalo lo sampe berani make. Mahal tu!”
“Ihh, siapa juga yang mau pake baju-baju kamu. Males banget! Mending aku pake sarung daripada pake baju kamu.”
“Dasar cewek  stres!” Gerutu Dimas sambil melangkah keluar.
“Woy, namaku Nina, bukan cewek stres!” Teriaknya memperkenalkan diri sambil melongak ke pintu. Dimas melambaikan tangan acuh tak acuh.
Nyebelin!
Dimas berlalu tanpa membalas  teriakan Nina. Dasar, cowok kasar! Nina menggerutu.
“Nama gue Dimas, bukan cowok kasar!” Dimas berseru dari balik pintu.
Hah, ternyata dia mendengarnya. Oh, ternyata namanya Dimas. Jadi cowok yang selama ini Nina cari itu Dimas? Angin apa yang mempertemukan mereka? Cara bertemunya pun cukup unik, tak beda jauh dari yang ada di film-dilm. Berawal dari tabarakan pasti akan berakhir pelaminan. Itu di film, namun tidak tahu jika pada mereka.
Yummyy....
Hum, ternyata dia Nina. Cewek yang gak kuat bayar belanjaannya sendiri. Untung saja dulu ada Dimas yang membantunya, kalau gak ada entah gimana malunya dia disana. Seperti takdir yang mempertemukan mereka lewat kejadian yang sangat unik. Ternyata cowok misterius itu tak seperti apa yang difikirkannya selama ini. Dia menganggap cowok itu ramah, baik, perduli dan gak nyebelin kayak gini. Namun ternyata Nina salah. Cowok itu nyebelin banget. Untung saja Nina lagi laper banget, kalo gak pasti udah dia tendang bokong Dimas yang blongsor itu.
“Mas Dimas kenapa kok senyum-senyum sendiri gitu?” Tegur Simbok ketika melihat Dimas mesam-mesem sendiri sementara tangannya menggenggam sebotol air mineral.
“Eh, Simbok. Ngagetin aja. Gak kenapa-napa kok, Mbok.” Elaknya salah tingkah. Ia membuka tutup botol lalu menenggaknya.
“Hayoooo, kenapa? Lagi jatuh cinta, ya....?” Goda Simbok.
“Apaan sih, Simbok. Kayak tau jatuh cinta aja.”
“Loh, Mas, jangan salah. Gini-gini Simbok dulu jadi primadona sekolah. Jadi Simbok tau rasanya jatuh cinta itu. Orang dulu Simbok dikejar-kejar banyak cowok-cowok di sekolah.” Katanya membuat Dimas ngakak sendiri.
“Nasinya habis.” Tiba-tiba Nina membungkam tawa Dimas. Nina menenteng piring kosong yang dia tunjukan ke Dimas. Dimas melongo. Dia gak percaya ternyata cewek dihadapannya ini memang benar-benar kelaparan.
“Mau nambah, Mbak?” Tawar Simbok.
“Gak usah mbok. Enak aja minta nambah.” Timpal Dimas cepat. Nina menyiutkan pandangannya sambil mendengkus sebal. Cowok ini ngeselin banget. Gumamnya dalam hati.
“Eh, cowok galak. Kamu bilang mau nolongin aku. Kalo nolongin itu ya harus penuh, gak boleh setengah-setengah! Cowok kok pelit!”
“Eh cewek stress, nama gue Dimas. Dan gue bukan cowok pel-it!”
“Sudah-sudah. Ini kok malah udur-uduran kayak anak kecil.” Sergah Simbok menengahi. “Mbak, mari saya ambilkan lagi nasinya.” Ucap Simbok halus. Nina mengikutinya dari belakang.
Dimas menggeleng-geleng tidak percaya. Tidak percaya jika cewek yang baru saja ia tabrak itu ternyata makannya banyak juga. Hampir sama dengan Lanang. Cewek yang beda. Jarang sekali ada cewek yang blak-blakan kayak gini. Cewek ini memang unik. Pujinya tidak sadar.

Komentar

Postingan Populer