PENGAGUM RAHASIA


Kata nyokap gue yang super bawel, jatuh cinta itu cukup sekali aja dan untuk selamanya. Kata beliau juga satu cinta itu lebih berkesan daripada banyak cinta. Katanya juga, jatuh cinta itu ibarat kita mau buang aer besar tapi susah keluar yang akan terasa mengganjal jika belum keluar semuanya. Yah, gue sih gak tau kenapa cinta harus disamakan dengan orang buang aer besar. Tapi ada benernya juga. Jatuh cinta itu akan terasa mengganjal di hati kalau kita belum mengungkapkannya kepada seseorang yang kita cintai. Bener tapi sedikit jorok.
Nyokap gue emang bener banget. Filosofi tentang cinta beliau cukup memahami. Beliau juga sangat cerewet. Dan beliau juga sangat jago masak. Dan beliau juga..... Lah, kenapa jadi ngebahas nyokap sih?
Ini cerita tentang gue. Cerita yang berawal dari bangku SMP yang hanya berani mengagumi tanpa memiliki. Nama gue Ales P. P bukan berarti pen**s, tapi ‘Pamungkas’. Jadi nama gue Ales Pamungkas. Bener kata nyokap, jatuh cinta itu ibarat buang aer besar. Dan gue merasakannya. Ini kisah masa SMP yang super absurd dan juga bikin ngenes. Ini bukan cerita cinta dua manusia yang sudah saling dewasa. Tapi ini adalah cerita remaja SMP dengan cinta monyetnya.
Okeh, gue sih gak seberapa paham tentang cinta monyet. Tapi, banyak yang sering menyebutnya ketika gue bilang kalo gue jatuh cinta. Mungkin dengan keahlian gue menebak-nebak gue akan mencoba untuk memberi sedikit penjelasan tentang cinta monyet. Ini menurut versi gue. Dan tolong, bagi yang memiliki kekuatan mistis jangan mengganggu karena ilmu kita sama.
Cinta monyet adalah cinta yang dialami oleh anak-anak yang belum cukup umur. Yah, mungkin untuk anak-anak yang belum di sunat. Cinta monyet itu umumnya berlangsung singkat dan gak jelas. Absurd. Kita gak tau kapan kita harus marah dan kita juga gak tau kapan kita harus bersikap rasional kepada pasangan kita. Kita lebih cenderung egois tanpa perduli dengan yang lain, sehingga pada akhirnya cinta itu hanya berlangsung singkat. Putus! Mungkin hanya butuh dua minggu untuk cinta monyet ini terpisah.
Berati meskipun udah dewasa kalo masih egois masih disebut cinta monyet? Hum, bisa jadi sih begitu.
Nah, itu dia sedikit penjelasan tentang cinta monyet. Asal kalian tau, cinta monyet itu bukan berati kita jatuh cinta sama monyet. Tapi bisa aja kita jatuh cinta sama monyet kalo sudah kelewat abad hidup menjomblo. Tidak ada salahnya menggunakan monyet sebagai pelampiasan, daripada gak samasekali.#peang
Ngomongin pelampiasan gue juga akan ngebahasnya. Tapi nanti, sabar.
Jatuh cinta itu cukup sekali dan untuk selamanya.
Okeh, gue bisa terima kalimat itu. Tapi, jika semua orang terpaku dengan kalimat absurd seperti itu maka akan banyak manusia yang mati karena kronis ngejomblo. Jomblo kelewat batas. Gimana tidak, mencintai itu indah kawan, apalagi dicintai. Sebagai makhluk Tuhan yang paling sexy kita tidak boleh hanya memiliki satu cinta. Satu cinta memang berkesan, tapi satu cinta belum tentu nyaman. Semuanya itu bisa berubah seiring berjalannya waktu dan bertambahnya usia. Jika semua manusia hanya cukup dengan satu cinta, maka setelah hubungan mereka putus akan banyak jomblo yang ngenes karena dia gak bisa move on dari cinta lamanya. Seperti gue.
Ngomongin move on gue juga akan membahasnya. Tapi nanti.
Pagi yang sangat cerah untuk makhluk Tuhan yang paling ganteng ini. Pagi yang sangat cerah untuk menyambut dunia baru.
Hay dunia baru.
Umur gue empat belas tahun. Gue baru saja lulus sekolah dasar. Pagi yang cerah untuk remaja yang akan memasuki masa puber pertama. Gue gak sabar untuk nunggu masa itu datang. Katanya sih enak. Gue jadi gak sabar.
Ketidaksabaran gue bukan hanya untuk menunggu masa puber pertama gue datang. Tapi gue juga udah gak sabar pengin mencicipi indahnya menjadi siswa SMP. Sekolah menengah pertama yang pasti akan membuat hidup gue berubah seratus persen. Yang tadinya belum boleh mengendarai motor, kini sudah boleh mengendarainya. Yang tadinya uang jajan minim, kini jadi lebih. Yang tadinya berseragam merah putih kini jadi putih kebiruan. Yang tadinya belum boleh pacaran kini perlahan gue harus mencari pacar. Gue harus bisa merasakan jatuh cinta. Sejak SD gue gak tau gimana itu rasanya jatuh cinta. Yang gue tau, ya deket ama cewek, kita jajan bareng di kantin, pulang bareng, maen bola bekel bareng dan setelah itu ciuman di dalam toilet. Lalu berantem, dan nangis. Ups, sory, yang di toilet di sensor aje, ye, hihihiii...
Hari yang cerah untuk si ganteng ini. Dan rezeki anak soleh tiba-tiba datang menghampiri di pagi yang cerah ini. Gak rugi gue bangun pagi-pagi buat mandi lalu dengan semangat mendaftar sebegai calon siswa SMPN 4 Banjar Baru. SMP favorit di didaerah gue. Bokap mengisi formulir di dalam ruang pendaftaran. Gue menunggu didepan karena gue paling males kalo disuruh ribet-ribet ngisi formulir pendaftaran yang gak seberapa itu.
Seperti yang gue bilang, rezeki anak soleh. Pagi-pagi gue melihat sesosok bidadari yang sangat cantik. Berkulit putih, berwajah oval, barambut lurus dan berfony serta memiliki pipi yang sangat imut. Tembem bagai bakpau. Gue gemes jadinya.
Bidadari di pagi hari gue itu berjalan santai mengarah  tepat pada sasaran. Berjalan kearah gue. Mata gue melotot tajam sampe hampir aja coplok kalo aja lemnya gak kuat. Dia tersenyum dan lesung pipitnya membuat jantung dan hati gue bertengkar karena mereka saling berebut untuk berdetak melebihi ritme demi bidadari itu.
Gue agak lebay, ya? Sumpah, inimah bukan lebay. Ini beneran. Ini sungguhan. Gue gak tau mimpi apa semalam sampe pagi-pagi gini gue dipertemukan dengan sesosok bidadari.
Gue masih fokus dengan dia tanpa perduli bagaimana nasib Bokap di dalam ruangan dengan ukuran enam kali tujuh meter itu. Berhadapan dengan formulir pendaftaran yang pastinya akan membuat kepalanya pusing. Ah, bodok amat.
Mungtkinkah ini yang namanya jatuh cinta? Kalo dia wanitanya gue mau jatuh cinta sekali untuk seumur hidup. Emang bener ya begini rasanya jatuh cinta?
Gue seorang laki-laki. Gue bukan cowok goblog yang ngebiarin bidadari berlalu begitu saja. Gue masih waras dan gue juga masih normal. Menurut buku yang gue baca, demi memperjuangkan cinta kita harus rela berkorban. Termasuk mengorbankan Bokap gue yang masih sibuk mengisi formulir pendaftaran sendirian diruangan sana.
Gue beranjak. Gue tersenyum lebar. Gue berdiri tegak dan merapihkan pakaian agar terlihat jauh lebih ganteng. Sempurna. Gue sudah sangat ganteng. Perlahan kaki gue mulai melangkah. Sesekali gue menyisir rambut gue dengan telapak tangan. Memastikan tak ada sehelaipun rambut yang terurai.
“Hay, calon siswi baru ya?” Tebak gue sok tau. Dihadapannya gue gak mau terlihat bego.
“Kok tau? Paranormal ya?” Tanyanya menebar senyuman yang sangat manis. Senyuman ini yang gue tunggu-tunggu. Sumpah, pipinya langsung mengembang mirip banget ama bakpau.
“Hahahaa... Lo bisa aja. Gue bukan paranormal. Gue hanya laki-laki yang mencoba untuk membaca isi hati bidadari cantik seperti lo.” Gue membalas merayu.
Ingat! Agar terlihat maco tegakanlah posisi berdiri lo dan tunjukan dada lo yang bidang. Dijamin cewek langsung kelepek-klepek. Asal jangan kelewat tegk aja, entar malah dikira sekarat lagi.
“Lo jago gombal juga ya. Raja gombal ya?” Tanyanya lagi.
Gue semakin berada di atas angin. Gue berhasil. Dia respek sama gue. Berati gue mendapat lampu hijau dari bidadari pagi hari gue ini.
“Kamu terlalu indah untuk digombali. Kamu itu seharusnya dikasihi dan dicintai. Bukan digombali.” Gue masih berusaha.
“Lo bisa aja. Lo lucu ya,” katanya yang langsung membuat gue naik sampai ke atas awan lalu disana gue disambut dengan puluhan bidadari yang merubung gue lalu satu bidadari datang memeluk gue dengan lembut. Indah sekali. Ups, khayalan gue kelewat jauh.
“Gue bukan lucu. Tapi gue humoris.” Kata gue nyengir lebar dihadapannya.
“Bisa gue permisi buat daftar?”
“Oh, silahkan. Silahkan bidadariku.” Gue mempersilahkan dia untuk berjalan memasuki ruang pendaftaran. Dia segera berlalu dari hadapan gue.
Bibirnya tersungging.
Allah menciptakan gadis itu dengan banyak kesempurnaan. Senyum indah yang terlontar dari bibirnya membuat setiap mata laki-laki yang melihatnya langsung bilang “wowww.... manis bangettt...” sambil histeris sampai koprol-koprol gak jelas. Bidadari pagi hari gue memang sangat sempurna. Bidadari......
Yup, gue bego. Bego banget! Kenapa gue gak kenalan tadi? Harusnya gue kenalan dan sekarang pasti udah tau namanya. Lebih lagi gue pasti tau dimana rumahnya. Sial, kenapa gak kepikiran buat kenalan? Gue terlalu terpana dengan kecantikannya sampe gue jadi bego.
Menyesal emang dibelakang. Seharusnya gue tadi kenalan sama dia. Jadi gak kayak gini. Nyiksa batin sendiri karena penasaran siapa namanya. Coba aja tadi gue pinter dan kenalan sama dia, kan sekarang gue udah bisa tenang. Jujur, hati gue gelisah. Gak nyaman pulang kerumah kalo belum tahu siapa nama bidadari dipagi hari gue itu.
Menit demi menit pun berlalu, dan gue masih setia nungguin dia keluar dari ruang pendaftaran. Gue berharap dia keluar lalu gue bakalan nyamperin dia dengan muka sok ganteng, lalu kita berdua kenalan, tukeran nomor hape, telvonan, nge-date dan yang penting adalah Jadian. Oke, mungkin gue terlalu berlebihan mengkhayalnya. Tapi tidak ada salahnya. Khayalan sebagian dari doa. Bener kan?
Anday Kan Dia Itu Jodoh Ku Tuhan. Gumam gue sambil senyum senyum, mata merem merem, kepala geleng-geleng, badan kejang-kejang, karena ternyata gue punya penyakit ayan. Egaklah, masak cowok ganteng kayak gue punya penyakit ayan, kalo kurap, iya, hihii.
Gue gak tau harapan gue ini bikin oper dosis atau egak. Tapi yang pasti imajinasi yang ada di dalam kepala ini yang selalu membawa gue pada hayalan tingkat tinggi. Gue juga belum yakin dia bakalan mau ama cowok kayak gue ini. Gue aja yang terlalu kebawa perasaan alias BAPER! Padahal juga belum tentu dia tertarik. Bisa jadi dia tadi respek karena dia gak enak aja. Ih, kok gue jadi pesimis gini sih? Hantu apa yang udah merasuki gue? Pergi hantu, pergi! Pergiiiiii.....
***
Dunia baru telah menyambut kedatangan gue. Hari yang dinanti akhirnya tiba juga. Setelah melewati masa orientasi siswa selama seminggu akhirnya gue resmi menjadi salah satu siswa SMPN 4 Banjar Baru. SMP favorit.
MERDEKA!
Stop! Jangan bahagia dulu, karena beberapa hari yang lalu gue baru aja jadi korban kekuasaan senior. Masa Orientasi Siswa menjadi masa gue dihina.gue dibilang lemot kayak siput. Gue bego kayak keledai. Gue bauk kayak senggung. Gue kuntet kayak Ucok Baba. Dan gue jelek kayak bolu yang udah setahun di anggurin. Gak tau dah jamurnya segede apa. Dan katanya lagi, gue-........... dan pokoknya masih banyak lagi katanya-katanya yang melekat pada diri gue sampai akhirnya gue frustasi dan akhirnya kejadian itu terjadi.
“Heh, pendek. Lo darimana?” Tanya satu senior dengan wajah sinis.
“Dari kantin, makan.” Gue jawab dengan muka polos. Takut sih, tapi nahan.
“Lo tau ini jam berapa?” Tanyanya lagi.  Gue makin gak paham kenapa gue diintrogasi kaya gini.
“Jam dua.”
“Berati lo terlambat berapa jam?”
“Gak terlambat.” Gue menggeleng tak berdosa.
Tatapan mereka semakin tajam bagai mata elang yang mengincar mangsanya. Keningnya mengkerut, nafasnya berdeham kencang seraya mengepal-ngepalkan tangannya.
“Pendek! Lo itu udah terlambat setengah jam. Lo kan tau kalo jam setengah dua harus udah balik kesini lagi. Kenapa lo bisa telat?”
“Gue hanya ngikutin saran dokter. Makan itu harus pelan-pelan. Kalian gak pada pernah nonton Dokter OZ, ya?” Kata gue semena-mena.
“Dokter OZ? Apaan tuh?” Tanya satu senior lagi yang berada dibelakang gue. Wajahnya bego banget.
“Hah! Gue gak perduli. Sekarang lo harus di hukum!” Katanya.
“Sekarang lo buka celana.” Perintahnya keras.
“Buat apa?”
Dia mendengkus, “lo banyak nanya, ya. Lakuin aja. Cepet!” Perintahnya memaksa.
Sumpah, gue gak paham apa yang akan dia lakukan dengan celana gue. Gue takut bin curiga dengan manusia didepan gue ini. Dia cowok tapi dia minta gue buat buka celana. Ini jaman udah edan dimana cowok suka sama cowok. Mukanya aja mirip banget sama Saipul Jambul.
Dan hari itu adalah hari paling memalukan yang pernah gue alami. Sumpah, gue bakalan balas dendam kalo dipertemukan dengan senior yang dulu ngukum gue. Didepan mata ribuan peserta MOS dan juga para panitia mos gue seolah-olah menjadi badut penghibur mereka yang sangat cocok.
Didepan calon siswa baru smp bergengsi itu celana gue digantung ditiang bendera sampai keujung tiang. Gue hanya bisa diam menanggung malu saat boxer doraemon gue menjadi tontonan calon temen-temen gue. Dan parahnya, diantara mereka ada bidadari pagi hari gue yang belum sempat gue dapatkan. Entah sampai sekarang mereka masih ingat atau egak dengan kejadian itu, namun yang jelas gue berharap mereka lupa. Karena sejak kejadian itu gue jadi sering dipanggil si d”oraemon bego”.
Banyak yang bilang untuk menjadi siswa pintar itu harus disiplin. Banyak yang bilang agar gak dihukum guru itu harus nurut. Ada yang bilang kalo pengin terkenal itu harus rajin masuk pagi. Dan ada yang bilang cewek cantik itu suka sama cowok yang rajin, disiplin, pinter, dan gak pernah terlambat.
Hum, gue tau apa yang harus gue lakuin agar banyak cewek-cewek yang suka sama gue. Hehee, gue pasti bakalan jadi cowok terkenal.
Pagi yang sangat cerah saat gue mulai turun dari mobil bokap yang sengaja mengantar gue kesekolah. Gue berdiri didepan gerbang dengan elegan. Hah, gue pasti gak bakalan terlambat. Mobil bokap berlalu dari balik badan gue meninggalkan gue yang masih berdiri tegak menatap pintu gerbang yang masih rapat.
Hening.
Mungkin scuritynya lagi ketoilet.
Kaki gue mulai melangkah memasuki paping blog halaman sekolah. Hari pertama yang penuh tandatanya untuk sekolah menengah pertama sekelas SMPN 1 Banjar Baru. Entah apa yang terjadi dengan sekolah ini? Mungkin dia berengkarnasi sehingga berubah menjadi sunyi, hening, gelap, kosong, dan menegangkan. Belum ada satu murid pun yang menampak ‘kan batang hidungnya pagi ini. Gak tau apa yang terjadi, namun itulah faktanya. Dan ternyata, setelah gue nanya tukang kebun sekolah, dia bilang kalo gue kepagian. Sekolah masuk setengah 8 dan gue datang setengah 6. Bagus, gue kelewat disiplin.
Menjadi salah satu murid sekolah menengah pertama bergengsi itu sudah menjadi kebanggaan tersendiri bagi gue. Apalagi mengingat kualitas dan kauntitas otak gue yang dipertanyaan keberadaannya. Hum, gue gak bisa lagi berkata-kata untuk kebahagiaan ini. Namun gue hanya bisa bilang ‘brengsek!’ Ketika gue baru tahu ternyata nama gue tidak terdaftar satu kelas dengan bidadari pagi hari gue.
Entah takdir yang salah atau si kepala sekolah kampret itu yang sengaja berusaha menjauhkan gue dengan bidadari pagi hari gue. Yang jelas kelas gue berbeda dengan dia. Sangat berdampak bagi usaha gue untuk mendekatinya. Semakin jauh daun terjatuh maka akan semakin sulit kita menyapunya.
Semakin cinta menjauh maka semakin sulit kita mendapatkannya. Dan gue, saat ini mengalaminya.
Mungkin keberuntungan sudah bukan milik anak soleh seperti gue lagi. Keberuntungan sudah berpindah menjadi milik manusia-manusia super ngeselin yang tidak kenal kompromi. Entah kenapa adek sepupu gue yang paling gak bisa damai dengan gue justru berada satu kelas dengan si bidadari pagi hari gue. Tak ada kata akur untuk gue dan Niluh. Niluh adalah sepupu gue yang menjadi rival gue dalam segi apa pun. Meskipun dia cewek.
Tak ada sekutu untuk diajak berdemo menyampaikan aspirasi terpaksa gue pasrah dan menjadi salah satu murid kelas B dibawah kelas C. Bagi gue kelas mana pun samasaja yang penting dengan si cantik pagi hari itu.
***
Gue berjalan santai menyisiri koridor sekolah untuk melihat-lihat bagian-bagian dari setiap sudut sekolah. Gue memeriksa seluruh ruangan memastikan tak ada ruangan kosong yang bisa digunakan untuk ngebolos sekolah. Dan ternyata benar, dari ujung ke ujung tak ada tempat yang bisa digunakan untuk bersembunyi saat bolos pelajaran. Dan gue hanya bisa gigit jari saat niat jahat gue ini ada yang menghalanginya. Satu-satunya alternatif utama hanya toilet.
Pada jaman dahulu. Pada jaman gue masih ingusan dan masih suka pup dicelana, nyokap sering banget bilang ke gue atau manggil gue dengan sebutan ganteng. Dulu gue belum paham apa sebenarnya arti dari kata ganteng itu. Gue berfikir itu adalah nama baru gue yang sengaja nyokap ciptakan untuk memodifikasi nama gue agar beda dengan yang lain. Setelah beberapa bulan kemudian ternyata gue baru ngeh ternyata ganteng itu berati tampan. Dan sejak saat itu gue sangat pede untuk ngedeketin cewek-cewek di komplek rumah. Gue ganteng, cewek mana yang mau nolak?
Cewek seisi komplek udah gue ubek-ubek sampe hampir aja gue di kejar anjing penjaga rumah tetangga karena nekad manjat pager demi ngintip anak gadisnya mandi.
Yupz, cinta monyet pertama gue namanya Anggun. Dia anak komplek sebelah yang katanya menjadi primadona disana. Untuk anak seusia gue yang baru menginjak delapan tahun mungkin akan terlihat konyol jika sudah mengendarai motor atau mobil. Demi mendapatkan Anggun gue rela setiap berangkat sekolah muter arah menggunakan sepedah demi lewat di depan rumah dia dan sedikit caper-caperan. Meskipun jarak yang gue tempuh lebih jauh dari yang biasanya, gue rela asal bisa melihat wajah Anggun disetiap pagi.
Satu hari, dua hari, tiga hari sampai akhirnya satu minggu gue udah bisa mendapatkannya. Yang awalnya hanya sebatas menatap malu-malu, senyum-senyum sendiri, caper-caperan norak sampai akhirnya kami berdua bisa berangkat kesekolah bareng. Gue selalu berangkat bareng dia selama gue masih bersetatus sebagai pacarnya. Katanya. Dia berdiri dibelakang sambil pegangan ke pundak gue lalu gue yang ngeboncengin sambil senyam-senyum bahagia. Berat sih. Jauh sih. Cape sih. Tapi demi pacar rela deh bagi-bagi.
Suatu hari saat cinta gue sudah memasuki masa-masa sulit di usia dua bulan, gue merasakan ada keanehan pada dirinya. Untuk anak seusia kami yang baru delapan tahun mungkin bertingkah marah-marah, ngambek-ngambek gak jelas, manyun-manyun gak jelas, diemin pacar mungkin merupakan hal yang wajar. Tapi kalo suka nampar itu udah bukan tindakan yang wajar. Pipi gue udah kayak badut ancol gara-gara setiap pagi kena gaplok telapak tangan mungilnya. Dan telinga gue berasa melar gara-gara tiap pagi harus dengerin dia ngomel sambil terus berdiri dibelakang gue.
Semua itu berlangsung sampai memasuki fase dimana gue udah merasa bosan dan jengkel. Gue gak kuat lagi. Gue melambaikan tangan. Sebenarnya lebih ke sadar jika ternyata gue telah mengalami penyiksaan dini. Gue gak ngerti apa yang harus gue lakuin saat itu. Umur gue masih delapan tahun gak mungkin gue nekad buat ngamilin dia. Jika pun itu gue lakuin akan percuma karena dia gak bakalan hamil.
Setelah gue pikir-pikir ternyata banyak hal yang gue salah lakukan selama gue menggilai sosok Anggun ini. Hal pertama yang gue salah lakukan adalah memutar arah dua kali lipat lebih jauh dari sekolah gue demi Anggun. Yang kedua gue mau-mau aja menjadi Go-jek dia tanpa bayaran. Ketiga gue terlalu bego saat berbagi uang jajan sama dia. Dan yang keempat gue terlalu lemah saat ngebiarin dia nyiksa gue di usia dini.
Dari semua kejadian itu gue jadi sadar dan sebaiknya gue menjauh agar tidak menderita Sindrom Paradikma karena mendapat kekerasan pacaran di usia dini. Sejak saat itu sampai sekarang ini gue gak pernah lagi denger kabar dari dia. Terakhir gue denger yaitu saat komplek perumahan dia digusur sama pemerintah untuk dibuat toilet umum.
***
Dua minggu menjadi siswa smp gue belum bisa kenalan dengan bidadari dipagi hari gue. Si pujaan hati. Kalau ada yang percaya dengan rezeki anak soleh maka semuanya akan berlangsung siang ini.
Keajaiban itu datang.
Mata pelajaran olahraga adalah mata pelajaran yang sangat menguras tenaga. Keringat bercucuran membasahi seluruh tubuh dan tenggorokan terasa sangat kering. Cuaca panas kondisi haus paling seger kalau minum es teh. Gue segera merapat bersama dengan ketiga sahabat gue dikantin sekolah yang ada disamping gedung.
Saat gue lagi minum es sambil asik ngobrol bareng Andri, Askur dan Anto, tiba-tiba gebetan gue datang bareng kawanannya dengan suara bising mengganggu telinga. Dia jalan sambil ngobrol dan ketawa-ketawa bareng temen-temennya. Biasa, cewek memang rempong banget kalo lagi jalan bareng teman-temannya. Perlahan tapi  pasti, langkahnya mendekati kantin.  Oh, ternyata si doi mau beli es.
Setiap langkah kakinya gue perhatikan secara seksama dan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, Jakarta 17 agustus 1945. Wah, kenapa jadi balik ke tahun 1945 ini. Sory-sory, kadang cinta suka membuyarkan pikiran.
Kalo misalkan ada yang pernah nungguin gebetan di samping kantin maka berbanggalah, karena itu tandanya kalian cowok-cowok setia sekaligus cowok bego. Gimana keselnya nungguin gebetan di samping kantin sekolah tapi gak dateng-dateng. Deg-degan, panas, gelisah, bingung, terus sambil nunggu mulutnya komat-kamit ngafalin kalimat yang bakalan diucapin untuk pertamakalinya. Kalimat basa-bbasi yang berharap berkelanjutan.
Setelah berabad-abad gue nungguin dia. Eh, ralat, maksutnya beberapa menit nungguin dia sampai badan berubah kayak Tokek akhirnya dia keluar juga. Tanpa banyak berfikir panjang gue langsung samperin dia dan jangan lupa, agar cewek tertarik dengan kita, tegakan badan tunjukan bagian dadamu.
Hey, lo yang kemarin itu, kan? Yang daftar dan gak keluar-keluar?” sapa gue sok akrab.
Iya, kenapa?” Tanyanya singkat acuh-tak acuh.
“Ohh, egak. Gue kira lo lupa jalan keluar, hee. Oya, gue boleh gak kenalan?” Pertanyaan bego gue akhirnya keluar. Beberapa sahabatnya cekikian dibelakang melihat expresi wajah gue yang memang gue rasakan sangat jelek sekali.
“Boleh. Lagian kenalan doang kan gak ada yang ngelarang.”
“Gue Ales P. Anak kelas tujuh B.” Dengan cepat gue mengulurkan tangan.
“Ales P? Maskut lo P yang it..???”
“Oh, bukan-bukan. P itu Pamungkas, bukan itu.” Jelas gue susah payah.
“Oh, kirain. Gue Elyza.” Dia menjabat tangan gue seraya tersenyum kecil.
Huh, rasanya itu indaaaaahhhhh banget saat telapak tangan ggue bias bersentuhan langsung sengan telapak tangan dia. Rasanya gak pengin di lepas-lepas. Tapi, hamil gak ya kalo kelamaan bersentuhana telapak tangan?
“Kayaknya udah terlalu lama dech kita jabatan tangan. Bisa dilepasin?” Katanya.
“Oh iya, sory-sory. Lupa.”
“Udah gak adalagi kan?” Tanyanya. “Gue masuk kelas dulu, ya?” sambungnya.
Gue bengong.

Dan begitulah, sampe akhirnya gue lulus SMP gue belum bisa dapetin cintanya. Tikung menikung membuat gue gak berdaya buat dapetin Elyza dan akhirnya selama tiga tahunn gue hanya menjadi pengagumm rahasianya. Dan sekarang akan semakin mustahil gue dapetin dia. Yang pertama gue udah lulus. Yang kedua gue dan dia beda SMA. Dan yang makin parah, sekolah gue dan sekolah dia jauh banget jaraknya. Yah, menjadi pengagum rahasia selama tiga tahun merupakan hal yang indah bagi gue. Setidaknya gue udah pernah naksir cewek paling cantik se-SMP.

Komentar

Postingan Populer