PENGAGUM RAHASIA
Kata nyokap gue yang super bawel, jatuh cinta itu cukup
sekali aja dan untuk selamanya. Kata beliau juga satu cinta itu lebih berkesan
daripada banyak cinta. Katanya juga, jatuh cinta itu ibarat kita mau buang aer
besar tapi susah keluar yang akan terasa mengganjal jika belum keluar semuanya.
Yah, gue sih gak tau kenapa cinta harus disamakan dengan orang buang aer besar.
Tapi ada benernya juga. Jatuh cinta itu akan terasa mengganjal di hati kalau
kita belum mengungkapkannya kepada seseorang yang kita cintai. Bener tapi
sedikit jorok.
Nyokap gue emang bener banget. Filosofi tentang cinta
beliau cukup memahami. Beliau juga sangat cerewet. Dan beliau juga sangat jago
masak. Dan beliau juga..... Lah, kenapa jadi ngebahas nyokap sih?
Ini cerita tentang gue. Cerita yang berawal dari bangku
SMP yang hanya berani mengagumi tanpa memiliki. Nama gue Ales P. P bukan
berarti pen**s, tapi ‘Pamungkas’. Jadi nama gue Ales Pamungkas. Bener kata
nyokap, jatuh cinta itu ibarat buang aer besar. Dan gue merasakannya. Ini kisah
masa SMP yang super absurd dan juga bikin ngenes. Ini bukan cerita cinta dua
manusia yang sudah saling dewasa. Tapi ini adalah cerita remaja SMP dengan
cinta monyetnya.
Okeh, gue sih gak seberapa paham tentang cinta monyet.
Tapi, banyak yang sering menyebutnya ketika gue bilang kalo gue jatuh cinta.
Mungkin dengan keahlian gue menebak-nebak gue akan mencoba untuk memberi
sedikit penjelasan tentang cinta monyet. Ini menurut versi gue. Dan tolong,
bagi yang memiliki kekuatan mistis jangan mengganggu karena ilmu kita sama.
Cinta monyet adalah cinta yang dialami oleh anak-anak
yang belum cukup umur. Yah, mungkin untuk anak-anak yang belum di sunat. Cinta
monyet itu umumnya berlangsung singkat dan gak jelas. Absurd. Kita gak tau
kapan kita harus marah dan kita juga gak tau kapan kita harus bersikap rasional
kepada pasangan kita. Kita lebih cenderung egois tanpa perduli dengan yang
lain, sehingga pada akhirnya cinta itu hanya berlangsung singkat. Putus!
Mungkin hanya butuh dua minggu untuk cinta monyet ini terpisah.
Berati meskipun udah dewasa kalo masih egois masih
disebut cinta monyet? Hum, bisa jadi sih begitu.
Nah, itu dia sedikit penjelasan tentang cinta monyet.
Asal kalian tau, cinta monyet itu bukan berati kita jatuh cinta sama monyet.
Tapi bisa aja kita jatuh cinta sama monyet kalo sudah kelewat abad hidup
menjomblo. Tidak ada salahnya menggunakan monyet sebagai pelampiasan, daripada
gak samasekali.#peang
Ngomongin pelampiasan gue juga akan ngebahasnya. Tapi
nanti, sabar.
Jatuh
cinta itu cukup sekali dan untuk selamanya.
Okeh, gue bisa terima kalimat itu. Tapi, jika semua orang
terpaku dengan kalimat absurd seperti itu maka akan banyak manusia yang mati
karena kronis ngejomblo. Jomblo kelewat batas. Gimana tidak, mencintai itu
indah kawan, apalagi dicintai. Sebagai makhluk Tuhan yang paling sexy
kita tidak boleh hanya memiliki satu cinta. Satu cinta memang berkesan, tapi
satu cinta belum tentu nyaman. Semuanya itu bisa berubah seiring berjalannya
waktu dan bertambahnya usia. Jika semua manusia hanya cukup dengan satu cinta,
maka setelah hubungan mereka putus akan banyak jomblo yang ngenes karena dia
gak bisa move on dari cinta lamanya. Seperti gue.
Ngomongin move on gue juga akan membahasnya. Tapi nanti.
Pagi yang
sangat cerah untuk makhluk Tuhan yang paling ganteng ini. Pagi yang sangat cerah
untuk menyambut dunia baru.
Hay dunia
baru.
Umur gue empat
belas tahun. Gue baru saja lulus sekolah dasar. Pagi yang cerah untuk
remaja yang akan memasuki masa puber pertama. Gue gak sabar untuk nunggu masa
itu datang. Katanya sih enak. Gue jadi gak sabar.
Ketidaksabaran
gue bukan hanya untuk menunggu masa puber pertama gue datang. Tapi gue juga
udah gak sabar pengin mencicipi indahnya menjadi siswa SMP. Sekolah menengah
pertama yang pasti akan membuat hidup gue berubah seratus persen. Yang tadinya
belum boleh mengendarai motor, kini sudah boleh mengendarainya. Yang tadinya
uang jajan minim, kini jadi lebih. Yang tadinya berseragam merah putih kini
jadi putih kebiruan. Yang tadinya belum boleh pacaran kini perlahan gue harus
mencari pacar. Gue harus bisa merasakan jatuh cinta. Sejak SD gue gak tau
gimana itu rasanya jatuh cinta. Yang gue tau, ya deket ama cewek, kita jajan
bareng di kantin, pulang bareng, maen bola bekel bareng dan setelah itu ciuman
di dalam toilet. Lalu berantem, dan nangis. Ups, sory, yang di toilet di sensor
aje, ye, hihihiii...
Hari yang
cerah untuk si ganteng ini. Dan rezeki anak soleh tiba-tiba datang menghampiri
di pagi yang cerah ini. Gak rugi gue bangun pagi-pagi buat mandi lalu dengan
semangat mendaftar sebegai calon siswa SMPN 4 Banjar Baru. SMP favorit di
didaerah gue. Bokap mengisi formulir di dalam ruang pendaftaran. Gue menunggu
didepan karena gue paling males kalo disuruh ribet-ribet ngisi formulir
pendaftaran yang gak seberapa itu.
Seperti yang
gue bilang, rezeki anak soleh. Pagi-pagi gue melihat sesosok bidadari yang
sangat cantik. Berkulit putih, berwajah oval, barambut lurus dan berfony serta
memiliki pipi yang sangat imut. Tembem bagai bakpau. Gue gemes jadinya.
Bidadari di pagi
hari gue itu berjalan santai mengarah
tepat pada sasaran. Berjalan kearah gue. Mata gue melotot tajam sampe
hampir aja coplok kalo aja lemnya gak kuat. Dia tersenyum dan lesung pipitnya
membuat jantung dan hati gue bertengkar karena mereka saling berebut untuk
berdetak melebihi ritme demi bidadari itu.
Gue agak
lebay, ya? Sumpah,
inimah bukan lebay. Ini beneran. Ini sungguhan. Gue gak tau mimpi apa semalam
sampe pagi-pagi gini gue dipertemukan dengan sesosok bidadari.
Gue masih
fokus dengan dia tanpa perduli bagaimana nasib Bokap di dalam ruangan dengan
ukuran enam kali tujuh meter itu. Berhadapan dengan formulir pendaftaran yang
pastinya akan membuat kepalanya pusing. Ah, bodok amat.
Mungtkinkah
ini yang namanya jatuh cinta? Kalo dia wanitanya gue mau jatuh cinta sekali
untuk seumur hidup. Emang bener ya begini rasanya jatuh cinta?
Gue seorang
laki-laki. Gue bukan cowok goblog yang ngebiarin bidadari berlalu begitu saja.
Gue masih waras dan gue juga masih normal. Menurut buku yang gue baca, demi
memperjuangkan cinta kita harus rela berkorban. Termasuk mengorbankan Bokap gue
yang masih sibuk mengisi formulir pendaftaran sendirian diruangan sana.
Gue beranjak.
Gue tersenyum lebar. Gue berdiri tegak dan merapihkan pakaian agar terlihat
jauh lebih ganteng. Sempurna. Gue sudah sangat ganteng. Perlahan kaki gue mulai
melangkah. Sesekali gue menyisir rambut gue dengan telapak tangan. Memastikan
tak ada sehelaipun rambut yang terurai.
“Hay, calon
siswi baru ya?” Tebak gue sok tau. Dihadapannya gue gak mau terlihat bego.
“Kok tau? Paranormal
ya?” Tanyanya menebar senyuman yang sangat manis. Senyuman ini yang gue
tunggu-tunggu. Sumpah, pipinya langsung mengembang mirip banget ama bakpau.
“Hahahaa... Lo
bisa aja. Gue bukan paranormal. Gue hanya laki-laki yang mencoba untuk membaca
isi hati bidadari cantik seperti lo.” Gue membalas merayu.
Ingat! Agar terlihat
maco tegakanlah
posisi berdiri lo dan tunjukan dada lo yang bidang. Dijamin cewek
langsung kelepek-klepek. Asal jangan kelewat tegk aja, entar malah dikira
sekarat lagi.
“Lo jago
gombal juga ya. Raja gombal ya?” Tanyanya lagi.
Gue semakin
berada di atas angin. Gue berhasil. Dia respek sama gue. Berati gue mendapat
lampu hijau dari bidadari pagi hari gue ini.
“Kamu terlalu
indah untuk digombali. Kamu itu seharusnya dikasihi dan dicintai. Bukan
digombali.” Gue masih berusaha.
“Lo bisa aja.
Lo lucu ya,” katanya yang langsung membuat gue naik sampai ke atas awan lalu
disana gue disambut dengan puluhan bidadari yang merubung gue lalu satu bidadari
datang memeluk gue dengan lembut. Indah sekali. Ups, khayalan gue kelewat jauh.
“Gue bukan
lucu. Tapi gue humoris.” Kata gue nyengir lebar dihadapannya.
“Bisa gue
permisi buat daftar?”
“Oh, silahkan.
Silahkan bidadariku.” Gue mempersilahkan dia untuk berjalan memasuki ruang
pendaftaran. Dia segera berlalu dari hadapan gue.
Bibirnya tersungging.
Allah
menciptakan gadis itu dengan banyak kesempurnaan. Senyum indah yang terlontar
dari bibirnya membuat setiap mata laki-laki yang melihatnya langsung bilang
“wowww.... manis bangettt...” sambil histeris sampai koprol-koprol gak jelas.
Bidadari pagi hari gue memang sangat sempurna. Bidadari......
Yup, gue bego.
Bego banget! Kenapa gue gak kenalan tadi? Harusnya gue kenalan dan sekarang
pasti udah tau namanya. Lebih lagi gue pasti tau dimana rumahnya. Sial, kenapa
gak kepikiran buat kenalan? Gue terlalu terpana dengan kecantikannya sampe gue
jadi bego.
Menyesal emang
dibelakang. Seharusnya gue tadi kenalan sama dia. Jadi gak kayak gini. Nyiksa
batin sendiri karena penasaran siapa namanya. Coba aja tadi gue pinter dan
kenalan sama dia, kan sekarang gue udah bisa tenang. Jujur, hati gue gelisah.
Gak nyaman pulang kerumah kalo belum tahu siapa nama bidadari dipagi hari gue
itu.
Menit demi
menit pun berlalu, dan gue masih setia nungguin dia keluar dari ruang pendaftaran.
Gue berharap dia keluar lalu gue bakalan nyamperin dia dengan muka sok ganteng,
lalu kita berdua kenalan, tukeran nomor hape, telvonan, nge-date dan yang
penting adalah Jadian. Oke, mungkin gue terlalu berlebihan mengkhayalnya. Tapi
tidak ada salahnya. Khayalan sebagian dari doa. Bener kan?
Anday Kan Dia Itu Jodoh Ku Tuhan. Gumam gue sambil senyum senyum,
mata merem merem, kepala geleng-geleng, badan kejang-kejang, karena ternyata
gue punya penyakit ayan. Egaklah, masak cowok ganteng kayak gue punya penyakit
ayan, kalo kurap, iya, hihii.
Gue gak tau
harapan gue ini bikin oper dosis atau egak. Tapi yang pasti imajinasi yang ada
di dalam kepala ini yang selalu membawa gue pada hayalan tingkat tinggi. Gue
juga belum yakin dia bakalan mau ama cowok kayak gue ini. Gue aja yang terlalu
kebawa perasaan alias BAPER! Padahal juga belum tentu dia tertarik. Bisa jadi
dia tadi respek karena dia gak enak aja. Ih, kok gue jadi pesimis gini sih?
Hantu apa yang udah merasuki gue? Pergi hantu, pergi! Pergiiiiii.....
***
Dunia baru
telah menyambut kedatangan gue. Hari yang dinanti akhirnya tiba juga. Setelah
melewati masa orientasi siswa selama seminggu akhirnya gue resmi menjadi salah
satu siswa SMPN 4 Banjar Baru. SMP favorit.
MERDEKA!
Stop! Jangan
bahagia dulu, karena beberapa hari yang lalu gue baru aja jadi korban kekuasaan
senior. Masa Orientasi Siswa menjadi masa gue dihina.gue dibilang lemot kayak
siput. Gue bego kayak keledai. Gue bauk kayak senggung. Gue kuntet kayak Ucok
Baba. Dan
gue jelek
kayak bolu yang udah setahun di anggurin. Gak tau dah jamurnya segede apa. Dan
katanya lagi, gue-........... dan pokoknya masih banyak lagi katanya-katanya
yang melekat pada diri gue sampai akhirnya gue frustasi dan akhirnya kejadian
itu terjadi.
“Heh, pendek.
Lo darimana?” Tanya satu senior dengan wajah sinis.
“Dari kantin,
makan.” Gue jawab dengan muka polos. Takut sih, tapi nahan.
“Lo tau ini
jam berapa?” Tanyanya lagi. Gue makin
gak paham kenapa gue diintrogasi kaya gini.
“Jam dua.”
“Berati lo
terlambat berapa jam?”
“Gak terlambat.”
Gue menggeleng tak berdosa.
Tatapan mereka
semakin tajam bagai mata elang yang mengincar mangsanya. Keningnya mengkerut,
nafasnya berdeham kencang seraya mengepal-ngepalkan tangannya.
“Pendek! Lo
itu udah terlambat setengah jam. Lo kan tau kalo jam setengah dua harus udah
balik kesini lagi. Kenapa lo bisa telat?”
“Gue hanya
ngikutin saran dokter. Makan itu harus pelan-pelan. Kalian gak pada pernah
nonton Dokter OZ, ya?” Kata gue semena-mena.
“Dokter OZ?
Apaan tuh?” Tanya satu senior lagi yang berada dibelakang gue. Wajahnya bego
banget.
“Hah! Gue gak
perduli. Sekarang lo harus di hukum!” Katanya.
“Sekarang lo
buka celana.” Perintahnya keras.
“Buat apa?”
Dia mendengkus,
“lo banyak nanya, ya. Lakuin aja. Cepet!” Perintahnya memaksa.
Sumpah, gue
gak paham apa yang akan dia lakukan dengan celana gue. Gue takut bin curiga
dengan manusia didepan gue ini. Dia cowok tapi dia minta gue buat buka celana.
Ini jaman udah edan dimana cowok suka sama cowok. Mukanya aja mirip banget sama
Saipul Jambul.
Dan hari itu
adalah hari paling memalukan yang pernah gue alami. Sumpah, gue bakalan balas
dendam kalo dipertemukan dengan senior yang dulu ngukum gue. Didepan mata
ribuan peserta MOS dan juga para panitia mos gue seolah-olah menjadi badut
penghibur mereka yang sangat cocok.
Didepan calon
siswa baru smp bergengsi itu celana gue digantung ditiang bendera sampai
keujung tiang. Gue hanya bisa diam menanggung malu saat boxer doraemon gue
menjadi tontonan calon temen-temen gue. Dan parahnya, diantara mereka ada
bidadari pagi hari gue yang belum sempat gue dapatkan. Entah sampai sekarang
mereka masih ingat atau egak dengan kejadian itu, namun yang jelas gue berharap
mereka lupa. Karena sejak kejadian itu gue jadi sering dipanggil si d”oraemon
bego”.
Banyak yang
bilang untuk menjadi siswa pintar itu harus disiplin. Banyak yang bilang agar
gak dihukum guru itu harus nurut. Ada yang bilang kalo pengin terkenal itu
harus rajin masuk pagi. Dan ada yang bilang cewek cantik itu suka sama cowok
yang rajin, disiplin, pinter, dan gak pernah terlambat.
Hum, gue tau
apa yang harus gue lakuin agar banyak cewek-cewek yang suka sama gue. Hehee,
gue pasti bakalan jadi cowok terkenal.
Pagi yang
sangat cerah saat gue mulai turun dari mobil bokap yang sengaja mengantar gue
kesekolah. Gue berdiri didepan gerbang dengan elegan. Hah, gue pasti gak
bakalan terlambat. Mobil bokap berlalu dari balik badan gue meninggalkan gue
yang masih berdiri tegak menatap pintu gerbang yang masih rapat.
Hening.
Mungkin
scuritynya lagi ketoilet.
Kaki gue mulai
melangkah memasuki paping blog halaman sekolah. Hari pertama yang penuh
tandatanya untuk sekolah menengah pertama sekelas SMPN 1 Banjar Baru. Entah apa
yang terjadi dengan sekolah ini? Mungkin dia berengkarnasi sehingga berubah
menjadi sunyi, hening, gelap, kosong, dan menegangkan. Belum ada satu murid pun
yang menampak ‘kan batang hidungnya pagi ini. Gak tau apa yang terjadi, namun
itulah faktanya. Dan ternyata, setelah gue nanya tukang kebun sekolah, dia
bilang kalo gue kepagian. Sekolah masuk setengah 8 dan gue datang setengah 6.
Bagus, gue kelewat disiplin.
Menjadi salah
satu murid sekolah menengah pertama bergengsi itu sudah menjadi kebanggaan
tersendiri bagi gue. Apalagi mengingat kualitas dan kauntitas otak gue yang
dipertanyaan keberadaannya. Hum, gue gak bisa lagi berkata-kata untuk
kebahagiaan ini. Namun gue hanya bisa bilang ‘brengsek!’ Ketika gue baru tahu
ternyata nama gue tidak terdaftar satu kelas dengan bidadari pagi hari gue.
Entah takdir
yang salah atau si kepala sekolah kampret itu yang sengaja berusaha menjauhkan
gue dengan bidadari pagi hari gue. Yang jelas kelas gue berbeda dengan dia.
Sangat berdampak bagi usaha gue untuk mendekatinya. Semakin jauh daun terjatuh
maka akan semakin sulit kita menyapunya.
Semakin cinta
menjauh maka semakin sulit kita mendapatkannya. Dan gue, saat ini mengalaminya.
Mungkin
keberuntungan sudah bukan milik anak soleh seperti gue lagi. Keberuntungan
sudah berpindah menjadi milik manusia-manusia super ngeselin yang tidak kenal
kompromi. Entah kenapa adek sepupu gue yang paling gak bisa damai dengan gue
justru berada satu kelas dengan si bidadari pagi hari gue. Tak ada kata akur
untuk gue dan Niluh. Niluh adalah sepupu gue yang menjadi rival gue dalam segi
apa pun. Meskipun dia cewek.
Tak ada sekutu
untuk diajak berdemo menyampaikan aspirasi terpaksa gue pasrah dan menjadi
salah satu murid kelas B dibawah kelas C. Bagi gue kelas mana pun samasaja yang
penting dengan si cantik pagi hari itu.
***
Gue berjalan
santai menyisiri koridor sekolah untuk melihat-lihat bagian-bagian dari setiap sudut
sekolah. Gue memeriksa seluruh ruangan memastikan tak ada ruangan kosong yang
bisa digunakan untuk ngebolos sekolah. Dan ternyata benar, dari ujung ke ujung
tak ada tempat yang bisa digunakan untuk bersembunyi saat bolos pelajaran. Dan
gue hanya bisa gigit jari saat niat jahat gue ini ada yang menghalanginya.
Satu-satunya alternatif utama hanya toilet.
Pada jaman
dahulu. Pada jaman gue masih ingusan dan masih suka pup dicelana, nyokap sering
banget bilang ke gue atau manggil gue dengan sebutan ganteng. Dulu gue belum
paham apa sebenarnya arti dari kata ganteng itu. Gue berfikir itu adalah nama
baru gue yang sengaja nyokap ciptakan untuk memodifikasi nama gue agar beda
dengan yang lain. Setelah beberapa bulan kemudian ternyata gue baru ngeh
ternyata ganteng itu berati tampan. Dan sejak saat itu gue sangat pede untuk
ngedeketin cewek-cewek di komplek rumah. Gue ganteng, cewek mana yang mau
nolak?
Cewek seisi
komplek udah gue ubek-ubek sampe hampir aja gue di kejar anjing penjaga rumah
tetangga karena nekad manjat pager demi ngintip anak gadisnya mandi.
Yupz, cinta
monyet pertama gue namanya Anggun. Dia anak komplek sebelah yang katanya
menjadi primadona disana. Untuk anak seusia gue yang baru menginjak delapan
tahun mungkin akan terlihat konyol jika sudah mengendarai motor atau mobil.
Demi mendapatkan Anggun gue rela setiap berangkat sekolah muter arah
menggunakan sepedah demi lewat di depan rumah dia dan sedikit caper-caperan.
Meskipun jarak yang gue tempuh lebih jauh dari yang biasanya, gue rela asal
bisa melihat wajah Anggun disetiap pagi.
Satu hari, dua
hari, tiga hari sampai akhirnya satu minggu gue udah bisa mendapatkannya. Yang
awalnya hanya sebatas menatap malu-malu, senyum-senyum sendiri, caper-caperan
norak sampai akhirnya kami berdua bisa berangkat kesekolah bareng. Gue selalu
berangkat bareng dia selama gue masih bersetatus sebagai pacarnya. Katanya. Dia
berdiri dibelakang sambil pegangan ke pundak gue lalu gue yang ngeboncengin
sambil senyam-senyum bahagia. Berat sih. Jauh sih. Cape sih. Tapi demi pacar
rela deh bagi-bagi.
Suatu hari
saat cinta gue sudah memasuki masa-masa sulit di usia dua bulan, gue merasakan
ada keanehan pada dirinya. Untuk anak seusia kami yang baru delapan tahun
mungkin bertingkah marah-marah, ngambek-ngambek gak jelas, manyun-manyun gak
jelas, diemin pacar mungkin merupakan hal yang wajar. Tapi kalo suka nampar
itu udah bukan tindakan yang wajar. Pipi gue udah kayak badut ancol gara-gara
setiap pagi kena gaplok telapak tangan mungilnya. Dan telinga gue berasa melar
gara-gara tiap pagi harus dengerin dia ngomel sambil terus berdiri dibelakang
gue.
Semua itu
berlangsung sampai memasuki fase dimana gue udah merasa bosan dan jengkel. Gue
gak kuat lagi. Gue melambaikan tangan. Sebenarnya lebih ke sadar jika ternyata
gue telah mengalami penyiksaan dini. Gue gak ngerti apa yang harus gue lakuin saat itu.
Umur gue masih delapan tahun gak mungkin gue nekad buat ngamilin dia. Jika pun
itu gue lakuin akan percuma karena dia gak bakalan hamil.
Setelah gue
pikir-pikir ternyata banyak hal yang gue salah lakukan selama gue menggilai
sosok Anggun ini. Hal pertama yang gue salah lakukan adalah memutar arah dua
kali lipat lebih jauh dari sekolah gue demi Anggun. Yang kedua gue mau-mau aja
menjadi Go-jek dia tanpa bayaran. Ketiga gue terlalu bego saat berbagi uang
jajan sama dia. Dan yang keempat gue terlalu lemah saat ngebiarin dia nyiksa
gue di usia dini.
Dari semua
kejadian itu gue jadi sadar dan sebaiknya gue menjauh agar tidak menderita
Sindrom Paradikma karena mendapat kekerasan pacaran di usia dini. Sejak saat
itu sampai sekarang ini gue gak pernah lagi denger kabar dari dia. Terakhir gue
denger yaitu saat komplek perumahan dia digusur sama pemerintah untuk dibuat
toilet umum.
***
Dua minggu
menjadi siswa smp gue belum bisa kenalan dengan bidadari dipagi hari gue. Si
pujaan hati. Kalau ada yang percaya dengan rezeki anak soleh maka semuanya akan
berlangsung siang ini.
Keajaiban itu
datang.
Mata pelajaran
olahraga adalah mata pelajaran yang sangat menguras tenaga. Keringat bercucuran
membasahi seluruh tubuh dan tenggorokan terasa sangat kering. Cuaca panas
kondisi haus paling seger kalau minum es teh. Gue segera merapat bersama dengan
ketiga sahabat gue dikantin sekolah yang ada disamping gedung.
Saat gue lagi minum es
sambil asik
ngobrol bareng Andri, Askur dan
Anto, tiba-tiba
gebetan gue datang bareng kawanannya dengan suara bising mengganggu telinga. Dia jalan sambil ngobrol dan
ketawa-ketawa bareng temen-temennya. Biasa, cewek memang rempong banget
kalo lagi jalan bareng teman-temannya. Perlahan tapi
pasti, langkahnya mendekati kantin.
Oh, ternyata si doi mau beli es.
Setiap langkah
kakinya gue perhatikan secara seksama dan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya,
Jakarta 17 agustus 1945. Wah, kenapa jadi balik ke tahun 1945 ini. Sory-sory,
kadang cinta suka membuyarkan pikiran.
Kalo misalkan
ada yang pernah nungguin gebetan di samping kantin maka berbanggalah, karena
itu tandanya kalian cowok-cowok setia sekaligus cowok bego. Gimana keselnya nungguin gebetan di
samping kantin sekolah tapi gak dateng-dateng. Deg-degan, panas, gelisah,
bingung, terus sambil nunggu mulutnya komat-kamit ngafalin kalimat yang bakalan
diucapin untuk pertamakalinya. Kalimat basa-bbasi yang berharap berkelanjutan.
Setelah berabad-abad gue nungguin
dia. Eh, ralat, maksutnya beberapa menit nungguin dia sampai badan
berubah kayak Tokek akhirnya dia keluar juga. Tanpa banyak berfikir panjang gue
langsung samperin dia dan jangan lupa, agar cewek tertarik dengan kita, tegakan
badan tunjukan bagian dadamu.
“Hey, lo yang kemarin itu, kan? Yang daftar dan gak keluar-keluar?” sapa gue sok
akrab.
“Iya, kenapa?” Tanyanya
singkat acuh-tak acuh.
“Ohh, egak. Gue
kira lo lupa jalan keluar, hee. Oya, gue boleh gak kenalan?” Pertanyaan bego
gue akhirnya keluar. Beberapa sahabatnya cekikian dibelakang melihat expresi
wajah gue yang memang gue rasakan sangat jelek sekali.
“Boleh. Lagian
kenalan doang kan gak ada yang ngelarang.”
“Gue Ales P.
Anak kelas tujuh B.” Dengan cepat gue mengulurkan tangan.
“Ales P?
Maskut lo P yang it..???”
“Oh,
bukan-bukan. P itu Pamungkas, bukan itu.” Jelas gue susah payah.
“Oh, kirain.
Gue Elyza.” Dia menjabat tangan gue seraya tersenyum kecil.
Huh, rasanya
itu indaaaaahhhhh banget saat telapak tangan ggue bias bersentuhan langsung
sengan telapak tangan dia. Rasanya gak pengin di lepas-lepas. Tapi, hamil gak
ya kalo kelamaan bersentuhana telapak tangan?
“Kayaknya udah
terlalu lama dech kita jabatan tangan. Bisa dilepasin?” Katanya.
“Oh iya, sory-sory.
Lupa.”
“Udah gak
adalagi kan?” Tanyanya. “Gue masuk kelas dulu, ya?” sambungnya.
Gue bengong.
Dan begitulah,
sampe akhirnya gue lulus SMP gue belum bisa dapetin cintanya. Tikung menikung
membuat gue gak berdaya buat dapetin Elyza dan akhirnya selama tiga tahunn gue
hanya menjadi pengagumm rahasianya. Dan sekarang akan semakin mustahil gue
dapetin dia. Yang pertama gue udah lulus. Yang kedua gue dan dia beda SMA. Dan
yang makin parah, sekolah gue dan sekolah dia jauh banget jaraknya. Yah, menjadi
pengagum rahasia selama tiga tahun merupakan hal yang indah bagi gue.
Setidaknya gue udah pernah naksir cewek paling cantik se-SMP.
Komentar
Posting Komentar