Gadis Berhijab

Gadis Berhijab
Aku tak pernah menyalahkaan rasa trauma yang tengah kualami, aku tak pernah menyalahkan siapa pun dan aku juga tak pernah menyalahkan terlahir sebagai pria pas-pasan. Namun, tak dapat kupungkiri juga jika sampai detik ini rasa trauma ditinggalkan cinta pertama membelenggu batinku untuk membuka hati kembali. Entah mengapa ini bisa terjadi, sepertinya rasa takut terus membayangi diriku.
Namun semua itu berubah, berubah seratus persen dari sebelumnya. Rasa takut itu hilang begitu saja setelah aku bertemu dengan Gadis Berhijab di disebuah halte Bus dalam kota. Trans Jogja, itu lah nama Bus dalam kota.
Siang itu, saat cuaca mendung tak mengijinkan aku untuk pergi menggunakan motor, aku pergi ke halte Trans Jogja untuk menuju ke Kampus. Sesampainya di halte tak menungu lama Bus jurusan UGM pun datang. Betapa kagetnya aku setelah masuk ke dalam melihat seorang perempuan anggun, berhijab, manis, lugu, harus rela berdiri karena bangkunya ia berikan kepada Ibu-ibu yang tengah membawa dua puterinya. Baik sekali gadis ini. Tuturku dalam hati. Ia berdiri tepat dibelakangku. Diam-diam aku mencuri-curi pandang melalui kaca sepion yang berada tepat di atas kepala Pak Sopir. Sempat aku malu karena terpergok kedapatan memandanginya. Namun tak terlalu aku perdulikan.
Semenjak saat itu aku jadi sering banget pergi ke Kampus memanfaatkan Jasa Trans Jogja. Tak apa jika harus berdesakan dan berdiri di dalam Bus, yang penting aku dapat bertemu dengan gadis berhijab itu. Berharap bisa mengenal dirinya.
Satu minggu sudah aku bolak-balik ke Kampus naik Trans Jogja, namun tak ada hari yang berpihak kepadaku. Selama satu minggu itu aku tak pernah melihat gadis berhijab itu lagi. Sempat aku merasa kecewa karena ternyata lagi-lagi aku harus kehilangan gadis yang sanggup untuk membuatku jatuh cinta. Namun, pikiran itu sirnah setelah aku disapa oleh gadis bersuara merdu disebuah perpustakaan.
Mawar yang tadinya enggan untuk bersemi kini mekar subur ditengah cuaca panas. Hati yang terkunci gembok baja kini perlahan terbuka. Menanti merah delima yang akan mewarnai hati itu. Ingin rasanya aku pingsan di tempat setelah mendengar suara itu. Ingin rasanya aku berucap namun lidah terlanjur beku oleh keindahannya. Gadis itu telah menghipnotisku. Tuhan ternyata menjawab segala Doa dan keluhanku.
Siapa gadis yang menyapaku? Apakah dia gadis berhijab?
Aha, ditahan dulu jawabannya, karena wifi perpus akan off. Kita sambung besok jika kalian masih penasaran. Sampai jumpa lagi.........

Komentar

Postingan Populer